PWMU.CO – Naskah Khutbah Idul Adha 2023, Pengorbanan sebagai Bentuk Keteladanan Nabi Ibrahim AS; oleh Alfain Jalaluddin Ramadlan. Pengajar Pondok Pesantren Al Mizan Muhammadiyah Lamongan. Disampaikan pada Sholat Idul Adha di Dusun Meteseh Sugio Lamongan.
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَي فِي كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ: (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ () فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ () إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ).
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لـِلَّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَ نَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَ هَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.
Jamaah shalat Id rahimakumullah.
Alhamdulillah di pagi yang berbahagia ini, kita dapat melangkahkan kaki kita ke tanah lapang ini dengan suasana hati yang bahagia. Oleh karena itu marilah kita tingkatkan syukur kita kepada Allah yang telah melimpahkan banyak nikmat dan rahmat-Nya kepada kita, sehingga kita takkan mampu menghitungnya.
Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang (an-Nahl : 18)
Salah satu perwujudan syukur itu adalah dengan menggunakan anugrah Allah SWT ini sebagai bekal untuk beramal shalih dan memperbanyak ibadah. Sehingga semakin banyak kenikmatan yang kita terima hendaknya menjadikan kita semakin taat kepada Allah. Cara syukur yang seperti ini insyaAllah akan mengantarkan kita menjadi pribadi yang bertaqwa.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi allah di antara kamu adalah yang paling baik taqwanya”. (al-Hujurat : 13)
Jamaah shalat ied rahimakumullah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi junjungan kita Muhammad SAW. Yang telah memberikan suri tauladan utama untuk selalu kita tiru agar kita bisa menjadi manusia yang selamat dunia akhirat.
Sebagaimana ditegaskan didalam surat
al-Ahzab ayat 21 :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk mengikuti dan menjalankan sunnah-sunnah beliau.
Jamaah shalat ied rahimakumullah.
Berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2023 Tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H, disebutkan bahwa Tanggal 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin, 19 Juni 2023 M, sehingga Idul Adha (10 Zulhijah 1444 H) jatuh pada hari Rabu, 28 Juni 2023 M.
Keputusan ini berdasarkan kriteria Hisab Hakiki Wujudul Hilal hisab yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, waillahil-Hamd.
Hari Raya Idul Adha menjadi momen yang ditunggu umat Islam. Hari raya itu mengingatkan kita semua atas kisah keluarga Nabi Ibrahim AS, ibadah qurban, dan nilai-nilai kehidupan yang penuh dengan kemuliaan.
Pada hari ini, kaum muslim telah melaksanakan Shalat Idul Adha dan dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban.
Idul Adha merupakan hari raya kurban. Di mana kita diminta untuk mengurbankan sebagian harta kita untuk menunjukkan ketaatan kepada Allah.
Salah satu dalil dari perintah ibadah kurban ini adalah peristiwa di mana Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, Ismail AS.
Nabi Ibrahim AS adalah satu di antara lima nabi bergelar ulul azmi, di samping Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW.
Kenapa gelar ulul azmi itu disematkan? karena mereka diuji dengan ujian yang berat, namun tetap tegar, tabah, kuat, sabar, dan istiqamah untuk menjalankan perintah Yang Maha Rahmah.
Kalau bukan karena perintah Allah SWT maka tidak mungkin Ibrahim AS tega meninggalkan anak dan istrinya di tempat seperti itu.
Pengorbanan Ibrahim tersebut, beliau lakukan untuk menunjukkan dirinya adalah hamba yang taat kepada Rabbnya. Tidak cukup sampai di situ, anak yang dinanti-nanti sebagai penerus pembawa risalah kenabian, kemudian harus ia sembelih dengan tangannya sendiri.
Tentu berat sekali hal tersebut bagi Nabi Ibrahim AS dan secara logika, lebih berat lagi bagi Nabi Ismail AS.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd.
Pernahkah kita membayangkan menjadi posisi Ismail AS, bapak yang meninggalkan diri kita bersama ibu di padang pasir, lalu jarang pulang, dan tiba-tiba datang bercerita bahwa dirinya hendak menyembelih kita dikarenakan mendapat mimpi?
Apakah jika kita menjadi Ismail ketika itu, kita akan termasuk orang yang rela mengorbankan diri kita sebagaimana Nabi Ismail?
Belum lagi, jika kita membaca jawaban Ismail AS yang diabadikan dalam al-Quran surah ash-Shaaffaat ayat 102,
قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Ismail menjawab, wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Dalam ayat tersebut, Ismail bahkan memanggil ayahnya dengan kalimat “yaa abati” bukan hanya sekedar “ya abii”. Kata “ya abati” memiliki makna lain daripada sekedar “ya abi”.
Kalimat “ya abati” dalam Bahasa Arab menunjukkan makna ayah yang sering pergi, akan tetapi sang anak selalu merindukannya. Panggilan ini menunjukkan kuatnya perasaan seorang anak kepada ayahnya dimana jauh dan dekat tetap dirindukan.
Dalam posisi akan disembelih, namun Ismail tetap menunjukkan ketegaran, rasa hormat dan sayangnya kepada ayahnya. Itulah pengorbanan Ismail dan keluarga nabi Ibrahim AS.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd.
Tak hanya Nabi Ibrahim, nabi-nabi lain-pun juga diuji dengan hal yang berat.
Sebagaimana hadis yang menyatakan,
ياَرَسُولُ اللهِ أَيُّهَا النَّاس أَشَدّـُ بَلَاء: الأَنبِيَاء ثُمَّ الأَمثَالُ فَالأَمثَلُ
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, para nabi kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi (maksudnya, yaitu orang-orang di bawah para nabi berdasarkan tingkat kesalehannya).
Dari hadist ini dapat dilihat, bahwa semakin saleh seseorang, maka Allah akan semakin mengujinya untuk membuktikan derajat kesalehannya.
Sebagai contoh Nabi Adam AS diuji dengan anaknya yang membunuh saudara kandungnya. Nabi Nuh juga diuji dengan kekafiran anaknya. Nabi Luth, diuji dengan istrinya. Nabi Muhammad diuji dengan pamannya yang hendak membunuhnya. Serta ujian-ujian lainya yang dialami para nabi.
Dari kalangan orang saleh, Asiyah, diuji dengan memiliki suami bernama Firaun. Siti Maryam, diuji dengan memiliki anak tanpa suami. Sayidah Aisyah yang merupakan istri baginda nabi Muhammad pun diuji dengan tidak memiliki keturunan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd.
Pertanyaannya kemudian, sudah sejauh manakah pengorbanan kita dan kesabaran kita ketika Allah SWT menguji kita? Apakah kita termasuk orang yang bersabar, ataukah kita justru termasuk golongan yang suka mengeluh dan bahkan justru menggugat Allah?
Mungkin kita akan bertanya “Ya Allah, apa salah saya hingga engkau menguji saya seperti ini?” Pertanyaan yang justru mengherankan, karena menunjukkan bahwa kita tidak bisa menyadari betapa banyaknya dosa yang telah kita perbuat. Na’udzu billahi min dzalik.
Pada akhirnya, kita yang mengaku beriman akan diuji oleh Allah SWT sebagaimana mereka yang mengaku pintar, akan diuji kepintarannya, dan segala hal yang bersangkutan dengannya juga termasuk ujian dari Allah.
Salah satunya adalah ujian keimanan berupa iman terhadap takdir yang Allah berikan kepada kita baik takdir yang baik, mapun takdir yang buruk.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd
Akhirnya, marilah kita berdoa untuk kebaikan di dunia dan di akhirat kelak bagi seluruh umat Islam baik yang masih hidup di mana pun berada maupun yang sudah meninggal dunia.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ، وَ الُمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ،
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْـتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّـا وَ اغْفِرْ لَنَا وَ ارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ () رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَة،ً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ () رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَ هَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
()الدَّعْوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ () سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِـزَّةِ عَمَّا يَصِـفُوْنَ، وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِـيْنَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni