Faktor Pengorbanan
Husnul Khuluq menyampaikan, untuk memperjuangkan agama Allah dengan segala pengorbanannya—waktu, harta, dan jiwa—maka ada beberapa faktor yang harus ditempuh.
Pertama, iman. “Kenapa kita kemudian rela berkurban? Karena kita punya iman. Kita yakin kalau pengorbanan ini kita landasi dengan keikhlasan, ikhlas hanya karena Allah, lillah, liilaikalimatillah, hanya untuk menegakkan kalimat Allah, kita percaya bahwa balasan terbaiknya itu ada di sisi Allah SWT,” terangnya.
Kedua, beramal hanya kepada Allah. Dia menegaskan, kepatuhan dan ketaatan kita hanya kepada Allah SWT. Di pun mengutip surat Ali Imran 32:
قُلْ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْكَٰفِرِينَ
Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Dari ayat itu, Khuluq menegaskan, Allah tidak suka terhadap penolakan (berpaling) terhadap akidah, syariah, dan agama Allah. “Hanya kepada Allah kita taat dan patuh, demi menegakkan agama Allah. Jika sudah demikian hidup kita akan bernilai,” tuturnya.
Dia mengingatkan, seringkali manusia hidupnya hanya diperuntukkan bagi dunia sehingga melupakan Allah. Padahal dunia tidak kekal dan kehidupan di akhiratlah yang abadi.
Ketiga, melakukan amal secara ikhlas dan istikamah. Menjelaskan soal ini, Khuluq mengajak jamaah untuk bersedekah tiap pagi hari. “Jangan pura-pura tidak tahu rezeki yang dikaruniakan kepada kita oleh Allah SWT,” ujarnya.
Menurut dia, sedekah itu bagian dari cara untuk mengingat bahwa Allah telah memberi karunia dan berkah pada kehidupan manusia. “Maka patut bagi kita untuk setiap Subuh memasukkan uang Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10 ribu, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing berkurban untuk agama kita,” katanya.
Dia menekankan, kalau harta yang senilai itu saja tidak dilakukan bagaimana melakukan pengorbanan yang lebih besar? Tentu tidak bisa kalau tidak dilatih dari hal-hal kecil.
Keempat, selalu tawadhuk dan ingat mati. Karena inilah yang menyelamatkan manusia. Dia menjelaskan, termasuk bagian ingat mati adalah shalat lima waktu.
Tapi seringkali manusia malas melakukannya seperti disindir oleh Allah dalam surat at-Taubah 54: “Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas.”. Padahal orang munafik akan berada di dasar neraka alias keraknya api neraka.
“Masihkah kita tidak mau berkorban waktu untuk menunaikan shalat tepat waktu karena kita ulur-ulur dengan berbagai alasan,” tuturnya.
Dia menyebut beberapa contoh. Salah satunya adalah jika panggilan adzan sudah dikumandangkan tapi kita masih sibuk dengan urusan bisnis. Hal itu menurut dia bertolak belakang dengan ucapan allahuakbar. Sebab, bukan Allah yang kita agungkan melainkan yang lain.
“Sementara teladan kita adalah Nabi Ibrahim asassalam. Berbagai kepentingan dunia—dengan simbol berhala-berhala yang disembah oleh Namrud dan pengikutnya—dihancurkan oleh Nabi Ibrahim,” jelasnya.
Baca sambungan di halaman 3: Waspadai Generasi Penyembah Berhala Setan Gepeng