Waspadai Generasi Penyembah Berhala Setan Gepeng
Menurut Khuluq, berhala-berhala itu saat ini masih ada dalam bentuk uang, jabatan, pangkat, tanah, ruko, termasuk anak yang kita agung-agungkan.
“Dan ada satu berhala di akhir-akhir ini yang kemudian mengganggu ketaatan kita, kepatuhan kita, ketakwaan kita pada Allah SWT. Apa berhalanya? Berhala itu bernamagadget atau HP,” kata dia.
Mengapa disebut berhala? Khuluq memberi contoh, saat adzan telah dikumandangkan, kita masih asyik main HP. “Allahuakbar, sik (sebentar) ya Allah saya lagi bertransaksi online. Mulut, lisan, kita mengatakan allahuakbar tapi kemudian tidak sejalan dengan perilaku kita yang mengagung-agungkan selain Allah SWT. Naudzubillai mindzalik,” ujarnya.
Karena itu tugas orang tua adalah mendekatkan anak-anaknya pada pusaran hidayah yang ada di masjid dan majelis taklim. Jangan kemudian anak-anak kita dibiasakan ke pusaran-pusaran hiburan yang menjauhkan dari ketaatan pada Allah.
“Kita dengan mudah memberikan racun, memberikan setan, memberikan iblis, di genggaman anak-anak kita,” katanya.
Khuluq mengingatkan, betapa dengan mudah kita memberikan HP yang dia sebut sebagai ‘setan gepeng’ itu tanpa ada komitmen, misalnya, “Le (Nak) tak belikan HP dengan syarat kamu rajin shalat jamaah di masjid.”
Khuluq lalu menyampaikan keprihatinannya sebab saat ini masih banyak generasi yang tidak bisa membaca al-Quran karena tidak mau mengorbankan waktunya untuk agama Allah.
Menurutnya banyak orang tua yang salah orientasi terhadap pendidikan anaknya. Banyak yang ingin anaknya sukses dengan berbagai profesi bergengsi meskipun pendidikan agamanya lemah.
“Tidak kita bina anak-anak kita berkorban meluangkan waktunya untuk belajar akidah, belajar agama, belajar syariat, supaya kelak saat dewasa mereka menjadi generasi-generasi Ismail yang tangguh akidahnya,” pesannya.
Khuluq ingin mengajak jamaah sadar akan bahaya itu: bahaya berhala seten gepeng (pipih). Yakni generasi cinta dunia dengan melalaikan Allah SWT. (*)
Liputan Mohammad Nurfatoni