Oemar Bakry, Guru Muhammadiyah dengan Medan Perjuangan yang Luas; Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku 50 Pendakwah Pengubah Sejarah dan sembilan judul lainnya.
PWMU.CO – Oemar Bakry termasuk istimewa karena punya banyak bakat dan peran. Dia ulama dengan karya kitab tafsir yang berharga. Dia guru, antara lain pernah berkhidmat di lingkungan Muhammadiyah. Dia politisi dengan banyak pengalaman. Dia penulis produktif dengan banyak karya.
Masih ada lagi predikat lelaki yang lahir di Desa Kacang di pinggir Danau Singkarak Sumatera Barat pada 26 Juni 1916 ini. Oemar Bakry ilmuwan yang aktif berdakwah dalam menegakkan dan menyebarkan Islam. Dia pengusaha sukses di bidang penerbitan dan percetakan. Dia tokoh kritis.
Sang Guru
Awal, Oemar Bakry belajar di Sekolah Desa di tempat dia berasal. Setelah itu, belajar ke Sekolah Sambungan di Singkarak.
Oemar Bakry melanjutkan belajar ke Sekolah Thawalib Padang Panjang sampai 1931. Lalu, ke Diniyah Putra Padang Panjang hingga 1932. Oemar Bakry lantas mendapat amanah sebagai staf pengajar pada Sekolah Thawalib Padang Panjang, 1933 sampai 1936.
Kemudian Oemar Bakry belajar ke Kulliyatul Mu’allimin Islamiyah di Padang. Dia tamat pada 1936 dengan nilai terbaik.
Selanjutnya, Oemar Bakry menjadi direktur Sekolah Guru Muhammadiyah di Padang Sidempuan pada 1937. Dia, kembali menjadi guru Thawalib Padang Panjang pada 1938. Juga, direktur The Public Typewriting School yang didirikan pada 21 Januari 1938 di Padang Panjang.
Tahun 1954 Oemar Bakry masuk Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sayang, tidak sampai tamat.
Aktivis Kritis
Oemar Bakry ulama dan cendekiawan kritis. Pada 1978 dia kritisi karya H.B. Jassin. Ada apa?
Bahwa, H.B. Jassin tercatat namanya di daftar tokoh pengkaji Al-Qur’an di Indonesia. Karya yang membuatnya lebih terkenal sekaligus kontroversial berjudul Al-Quran Berwajah Puisi (adapun edisi sebelumnya berjudul Al-Quranul-Karim Bacaan Mulia.
Mengapa karya itu kontroversial? Bagi pihak yang kontra, karya H.B. Jassin tersebut dipandang sebagai sesuatu yang bid’ah dan dianggap mempermainkan agama (baca: https://tafsiralquran.id/h-b-jassin-dan-karyanya-alquran-berwajah-puisi/).
Apapun, Oemar Bakry dikenal sebagai ulama berilmu luas dan kritis. Atas performanya itu, dia kerap diundang untuk mengisi ceramah di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan, aktivitas dakwahnya berskala internasional. Misal, dia pernah diundang untuk memberikan ceramah di Universitas Al-Azhar Kairo pada 22 Desember 1983 (https://tafsiralquran.id/mufasir-nusantara-oemar-bakry-asal-danau-singkarak/).
Multi Talenta
Selain sebagai pendidik dan da’i, di bidang politik pun Oemar Bakry aktif. Dia anggota Partai Persatuan Muslim Indonesia (PERMI) pada 1930-an. Juga, anggota Masyumi dan pernah menjadi pimpinan di Sumatera Tengah.
Ada lagi aktivitas Oemar Bakry yang berharga. Dia juga seorang pengusaha penerbitan dan percetakan yang sukses. Dia pimpinan Penerbit Angkasa di Jakarta dan Mutiara di Bandung. Dia pernah menjadi Ketua Ikatan Percetakan Indonesia Jakarta Raya beberapa periode.
Aktivitas lain, Oemar Bakry pernah menjadi Ketua Yayasan Al-Falah, Yayasan Pemeliharaan Kesucian Al-Qur’an Al-Karim, dan Yayasan Thawalib Jakarta.
Sang Penulis
Oemar Bakry penulis produktif. Berikut ini sebagian karyanya:
- Tafsir Rahmat
- Tafsir Hidayah
- Tafsir Madrasi (Bahasa Arab)
- Keharusan Memahami Isi Al-Qur’anul Karim
- Al-Ahadis As-Sohihah (Bahasa Arab)
- Uraian 50 Hadits
- Memantapkan Rukun Iman dan Rukun Islam
- Pelajaran Sembahyang
- Kamus Arab-Indonesia
- Kamus Indonesia-Arab
- Kamus Arab-Indonesia/Indonesia-Arab
- Kamus Arab-Indonesia-Inggris
- Kamus Indonesia-Arab-Inggris
- Kamus Arab-Indonesia Inggris/Indonesia-Arab-Inggris
- Dengan Takwa Mencapai Bahagia
- Islam Mengangkat Derajat Wanita
- Kebangkitan Umat Islam di Abad ke-15 Hijriyah
- Islam Menentang Sekulerisme
- Bung Hatta Selamat Jalan, Cita-Citamu Kami Teruskan
- Polemik dengan H.B. Jassin tentang Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia
Dari Akhlak Muslim
Sekarang, kita buku salah satu karya Oemar Bakry yang berjudul Akhlak Muslim. Buku yang saya maksud, terbitan Angkasa – Bandung, 1981. Buku ini merupakan terjemahan dari buku Makarimul Akhlak dalam bahasa Arab yang Oemar Bakry susun pada 1945 di Padang Panjang. Waktu itu dia menjadi guru pada Sekolah Thawalib.
Adapun latar belakang penulisan buku ini, bisa kita baca di Kata Pengantar-nya. Itu, didorong karena sadar bahwa soal akhlak atau budi pekerti adalah ajaran utama dari agama Islam. Akhlak menjadi dasar asasi untuk terjaminnya keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Terkait ini, kita harus selalu ingat bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
Dengan demikian, pikir Oemar Bakry, sekolah agama dan masyarakat umum pasti memerlukan buku tentang akhlak yang bermutu. Di dalam buku itu, harus ada uraian yang jelas dan mudah dipahami. Pun, susunan kalimat-kalimatnya indah dan menarik. Isinya, padat dan tepat.
Di setiap pembahasan di buku itu, didasarkan kepada sumber yang kuat dan dalil-dalil yang tepat yaitu ayat-ayat al-Qur’an, hadits-hadits, kata-kata mutiara dari orang-orang ternama dan gubahan-gubahan dari penyair. Juga, banyak diselingi contoh-contoh sejarah, kisah-kisah dan hikayat yang menarik dan berkesan untuk menciptakan akhlak yang luhur.
Isi buku itu, setelah Pendahuluan, ada 33 pokok bahasan. Diawali judul Pendidikan Akhlak. Berikutnya, Akhlak yang Baik. Kemudian, Akhlak yang Buruk. Lalu, berbagai bahasan tentang akhlak yang tergolong menyeluruh.
Di antara bahasannya, ada soal Berani, Sederhana, Harapan, Rendah Hati, Menjaga Waktu, dan Kemauan. Terakhir, ditutup materi Bergaul dengan Baik sebagai bahasan ke-33 di halaman 148.
Tentang Akhlak
Mari, buka halaman 10. Apa yang dikatakan akhlak? Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan dia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi. Dalam kalimat lain, dalam semua tindakan seseorang hal itu sudah menjadi kebiasaan.
Sebagai ilustrasi, orang yang pemurah sudah biasa memberi. Dia memberi tanpa banyak pertimbangan lagi, seolah-olah tangannya sudah terbuka lebar untuk itu. Sebaliknya dengan orang kikir. Seolah-olah, tangan dia kuat menjaga kantongnya agar uang tidak keluar untuk membantu sesama.
Begitu juga orang pemarah. Selalu saja dia marah meski, misalnya, tanpa ada alasan yang jelas.
Sebagian ulama, kata Oemar Bakry, mengatakan bahwa akhlak itu ialah “Suatu sifat yang terpendam dalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul waktu dia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah)”.
Kiat Baik
Untuk mendidik seseorang supaya berakhlak yang baik, banyak caranya. Di antaranya, seperti di bawah ini:
1).Mengisi akal dan pikiran dengan ilmu pengetahuan.
2).Bergaul dengan orang-orang yang baik.
3).Meninggalkan sifat pemalas. Di masalah ini, Oemar Bakry menyertakan gubahan penyair: “Duduk berpangku tangan tidak membawa kebahagiaan// Bekerjalah karena Tuhan// Menaati-Nya sebagai insan//.
4).Mengubah kebiasaan buruk.
5).Membiasakan membaca sejarah (otobiografi) orang-orang ternama. Di titik ini, Oemar Bakry mendasarkannya kepada ayat ini: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (QS Yusuf [12]: 111).
Jaga Lisan
Kita buka halaman 60. Di sana ada judul, Memelihara Lidah. Di dalamnya, Oemar Bakry menyertakan sebuah kisah. Bahwa, pada satu riwayat, tersebutlah Qes bin Sa’idah dan Aksam bin Saifi. Mereka sedang berbincang-bincang.
“Berapa banyak yang kamu ketahui aib (keburukan) anak Adam,” tanya salah seorang di antara mereka.
“Tidak dapat saya bilang, tetapi saya mengetahui satu sifat yang baik. Manakala orang bersifat demikian akan tertutuplah semua aibnya,” jawab seorang lainnya.
“Apakah sifat yang baik itu,” kejar si penanya.
“Memelihara lidah,” jawab si teman.
Kajian Memelihara Lidah ini lalu Oemar Bakry tutup dengan gubahan seorang penyair: Peliharalah lidahmu dan hati-hatilah waktu berbicara// Dengan lidah orang menjadi berbahagia atau sengsara//.
Asa, Penting!
Kita buka kajian berjudul Harapan (Optimisme) di halaman 75. Punya harapan, adalah akhlak yang baik. Sikap itu bisa melapangkan dada, meluaskan pandangan, dan meneguhkan keyakinan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban di semua aspek kehidupan.
Sorang mukmin yang mempunyai harapan, hemat Oemar Bakry, tidak akan pernah patah cita-citanya. Semua kesulitan dihadapinya dengan tabah dan sabar, dengan semangat yang menyala-nyala tak kunjung padam. Dia selalu berharap dan meminta kepada Allah agar kesulitan-kesulitan yang dihadapi dapat diatasinya. Ia tetap bekerja dan berjuang dengan sikap penuh optimisme.
Harapan, lanjut Oemar Bakry, ibarat cahaya yang selalu menerangi jalan seseorang mukmin dalam gelap gulita. Harapan, selalu mendorongnya untuk bekerja terus. Ia tidak kenal menyerah dan berhenti berikhtiar. Dunia ini menjadi luas dan lapang dengan harapan. Orang arif dan bijaksana berkata bahwa jika tidaklah karena harapan, orang tidak akan mendirikan bangunan dan tidak pula petani akan menanam tumbuh-tumbuhan.
Tak lupa, Oemar Bakry melengkapi bahasan ini dengan gubahan penyair: Mengharapkan kemenangan tanpa mengikuti jalan// Ibarat mengharap kapal berlayar di daratan//.
Tak cukup satu, Oemar Bakry melengkapi lagi dengan gubahan penyair yang lain: Tidaklah mati orang yang mati dalam perjuangan// Sesungguhnya mati, orang hidup tidak ada harapan// Orang hidup yang selalu dalam kesedihan// Mati cita-citanya dan tidak ada kemauan//.
Sang Teladan
Demikianlah, sejumput kisah hidup seorang Oemar Bakry. Sebuah perjalanan hidup yang penuh kebaikan.
Semoga kita bisa melanjutkan perjuangan pendakwah dengan wajah teduh itu. Meneruskan perjuangannya, menegakkan dan menyebarkan Islam lewat berbagai media yang memungkinkan: Pendidikan, politik, tulis-menulis, dan lain-lain. (*)
Oemar Bakry, Guru Muhammadiyah dengan Medan Perjuangan yang Luas; Editor Mohammad Nurfatoni