Kisah Kurban dan Pembunuhan Pertama di Dunia, Penulis Mohamad Su’ud
PWMU.CO – Sejak pukul 05.00 jamaah sudah mulai berjubel memadati jalanan menuju Stadion Surajaya Lamongan. Polisi membantu pengamanan di tepi jalan raya, rute menuju dilangsungkannya shalat Idul Adha, Rabu (28/6//2023).
Masro’in Assafani MA sang khatib telah siap 20 menit sebelum shalat yang diikuti 1.200 orng itu dimulai. “Pada kesempatan khutbah Idul Adha hari ini, ada beberapa poin penting yang khatib sampaikan, yang langsung kami kutip dari ayat-ayat al Qur’an, sebagai inti pesan khutbah,” demikian isi awal khutbah yang disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan ini.
Pertama Kisah Dua Putra Nabi Adam
Wakil Ketua yang mengoordinasi Majelis Tabligh dan Lembaga Dakwah Khusus PDM Lamongan mengutip beberapa firman Allah:
وَا تْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِا لْحَـقِّ ۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَا نًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰ خَرِ ۗ قَا لَ لَاَ قْتُلَـنَّكَ ۗ قَا لَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, ‘Sungguh, aku pasti membunuhmu! Dia (Habil) berkata, Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.’” (al-Ma’idah 27)
لَئِنْۢ بَسَطْتَّ اِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِيْ مَاۤ اَنَاۡ بِبَا سِطٍ يَّدِيَ اِلَيْكَ لِاَ قْتُلَكَ ۚ اِنِّيْۤ اَخَا فُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ
“Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” (al-Ma’idah 28)
اِنِّيْۤ اُرِيْدُ اَنْ تَبُوْٓءَ بِاِ ثْمِيْ وَ اِثْمِكَ فَتَكُوْنَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّا رِ ۚ وَذٰلِكَ جَزٰٓ ؤُا الظّٰلِمِيْنَ ۚ
“Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)-ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.” (al-Ma’idah 529)
فَطَوَّعَتْ لَهٗ نَفْسُهٗ قَـتْلَ اَخِيْهِ فَقَتَلَهٗ فَاَ صْبَحَ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Maka, nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi.” (al-Ma’idah 30)
فَبَـعَثَ اللّٰهُ غُرَا بًا يَّبْحَثُ فِيْ الْاَ رْضِ لِيُرِيَهٗ كَيْفَ يُوَا رِيْ سَوْءَةَ اَخِيْهِ ۗ قَا لَ يَاوَيْلَتٰۤى اَعَجَزْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِثْلَ هٰذَا الْغُرَا بِ فَاُ وَا رِيَ سَوْءَةَ اَخِيْ ۚ فَاَ صْبَحَ مِنَ النّٰدِمِيْنَ ۛ
“Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. (Qabil) berkata, Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? Maka, jadilah dia termasuk orang yang menyesal.” (al-Ma’idah 31)
“Dari beberapa ayat di atas kita akan dapat memahami bahaya sifat iri dan dengki. Sifat ini akan melenyapkan persaudaraan. Sifat ini akan menghancurkan keimanan. Iri dan dengki tidak akan mampu menjadikan seorang hamba meraih cinta-Nya,” tandas pria kelahiran1969 ini.
Kedua, Sangsi Pembunuhan dan Pertaubatan
Masro’in menguraikan beberapa firman Allah untuk mendukung poin penting khutbah:
مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِۢغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَا دٍ فِى الْاَ رْضِ فَكَاَ نَّمَا قَتَلَ النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَ نَّمَاۤ اَحْيَا النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَلَـقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِا لْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَ رْضِ لَمُسْرِفُوْنَ
“Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (al-Ma’idah 32)
Terhadap ayat ini, Guru Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 10 Pesanggrahan ini menampilkan Tafsir Ibnu Katsir. “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, kecuali orang-orang yang bertobat (di antara mereka) sebelum kalian dapat menguasai (menangkap) mereka, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Masroin mengatakan, “Zaman sekarang, saling membunuh sudah menjadi konsumsi sehari-hari hanya karena persoalan kecil. Watak kebencian sudah menyebar ke mana-mana. Orang Mukmin harus membawakan solusi kedamaian dan kasih sayang.”
Sebelum mengakhir khutbah, penulis buku 99 Mutiara Hati ini memberikan beberapa kesimpulan, yaitu:
- Tauhid dan kurban manusia pertama adalah masa Nabi Adam, yaitu Qibil dan Habil.
- Nabi Ibrahim merupakan poros waliyullah dalam ketauhidan, dan cerminan syariat ibadah haji.
- Ibrahim merupakan sosok bapak keteladanan, Siti Hajar sosok ibu yang penuh ketulusan, Ismail merupakan sosok anak yang tulus dan penuh kebaktian kepada orang tua.
- Shalat dan menyembelih kurban adalah perintah sosial yang mengandung kasih sayang sesama insan.
- Tauhid merupakan spiritual yang menembus langit (alam malakut) sedangkan ibadah dengan berkurban merupakan cerminan sosial yang meramba bumi yang bermanfaat dalam ranah kemanusiaan dalan kehidupan. (al-Kautsar 1-3).
Rintihan Doa sang Wali
Di akhir khutbah Masro’in membacakan doa-doa yang dinukil dari ayat-ayat suci al-Qur’an.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” (Ibrahim 35)
“Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Ibrahim 36)
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim 37)
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.” (Ibrahim 38)
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (Ibrahim 39)
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”( Ibrahim 40)
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu-bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat).” (Ibrahim 41) (*)
Kisah Kurban dan Pembunuhan Pertama di Dunia; Editor Mohammad Nurfatoni