Amalan Kelima sampai Kedelapan
Kelima, Hadir dalam kajian, pengajian dan majelis ilmu.
“Barang siap pergi ke masjid dengan keinginan hanya untuk mempelajari ilmu (kebaikan) atau mengajarkannya, maka dia mendapatkan pahala seperti orang yang hajinya sempurna.” (HR At-Tabrani).
“Hadits ini singkat namun luar biasa maknanya. Selama ini kita mengaku ingin berhaji yang susahnya luar biasa, namun ibadah yang ada di depan mata kita tidak tergerak melaksanakannya. Berapa banyak majelis ilmu yang dihadirkan di masjid-masjid kita, namun betapa sedikit yang menghadirinya? Padahal kita semua mengakui menginginkan haji? Bahkan tidak sedikit orang yang enggan dan menghindar ketika mendengar kata pengajian, kajian, atau majelis ilmu lainnya. Orang seperti ini tentu berdusta dengan keinginan hatinya.
Keenam, berdzikir setelah shalat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa suatu kali datang ke Rasulullah sahabat miskin, mereka berkata: Ya Rasulallah, kami kalah dengan sahabat kami yang kaya. Kami shalat mereka shalat, kami puasa mereka puasa. Giliran mereka haji kami tidak bisa, mereka umrah bisa kami tidak bisa. Mereka juga berjihad dan bersedekah dengan harta mereka.”
Rasulullah lalu bersabda: “Maukah engkau aku tunjukkan suatu perkara, yakni tusabbihun wa tuhammidun wa tukabbirin. Kamu baca tasbih, tahmid, takbir 33 kali setelah sholat. Fadhillah-nya bisa mengalahkan orang yang berangkat haji. Maka jangan lupakan ibadah yang ringan ini.
Ketujuh, membantu dan memenuhi hajat orang lain
Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Ali bin Hsain bahwa ia berkata: “Suatu kali Al-Hasan bin Ali melaksanakan tawaf di Ka’bah. Saat itu datang kepadanya seorang lelaki seraya berkata: “Wahai Hasan, marilah pergi bersamaku untuk membantu si fulan.” Al-Hasan pun langsung meninggalkan tawafnya dan pergi bersama orang itu untuk membantu orang yang disebutkan. Ketika dia pergi, seseorang berkata kepadanya, “Wahai Hasan, kenapa kamu meninggalkan tawaf dan pergi bersamanya untuk membantu orang?”
Al-Hasan pun berkata: “Bagaimana saya tidak pergi untuk membantu seorang yang membutuhkan bantuan, sementara Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang pergi untuk memenuhi hajat saudaranya Muslim (membantunya), lalu tertunaikan hajat itu, maka akan ditulis baginya pahala haji dan Umrah. Jika tidak terpenuhi hajatnya, maka akan ditulis baginy pahala umrah.” (HR Baihaqi).
Kedelapan, berbakti dan taat kepada suami bagi seorang perempuan.
Salah seorang sahabat perempuan, Asma binti Yazid datang kepada Nabi SAW lalu berkata, “Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu, wahai Rasulullah. Aku adalah utusan para wanita kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan perempuan. Kami para wanita selalu merasa dalam keterbatasan, sementara laki laki memiliki kelebihan. Kami hanya di rumah, tempat menyalurkan hasrat, dan mengandung anak-anak kalian. Sementara laki laki bisa shalat Jumat, berjihad, sedangkan kami juga hanya menunggu di rumah. Maka kami juga ingin mendapatkan pahala seperti amalan laki-laki. Bisakah kami mendapatkan pahala seperti kalian?
Lalu rasul berkata: wahai Asma maukah aku kasih tau. Bahwa perempuan taat kepada suami memperoleh keridhaan dan patuh kepada suaminya maka semua itu sama pahalanya menyamai semua kebaikan yang para lelaki kerjakan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni