Belajar dari Ketangguhan Siti Hajar, Pesan Cinta di Balik Musibah

Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Mohamad Su’ud SPdI SP di sebagai khatib Idul Acha di lapangan dr Denny Kebonsari, Desa Blimbing, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu (28/6/2023). (Istimewa/PWMU.CO)

Belajar dari Ketangguhan Siti Hajar; Pesan Cinta di Balik Musibah adalat tema khutbah Idul Adha Mohamamd Su’ud di Desa Blimbing, Paciran, Lamongan.

PWMU.CO – Cuaca pagi saat itu sangat cerah. Angin berhembus menusuk tulang. Puluhan jamaah melangkahkan kaki dengan tenang. Lapangan di tepi jalan dan persawahan berangsur-angsur mulai penuh. Untuk menuju lokasi shalat Id ada tiga rute: arah persawahan yang banyak berderet puluhan rumah penduduk, arah utara, dan selatan.

Jamaah laki-laki, perempuan, anak-anak berjajar rapi membentuk shaf. Salah satu panitia memimpin melantunkan  takbir. Takbir, tahmid, dan tasbih bergema memenuhi lapangan.

Tepat pukul 06.20 Ketua Dewan Kemakmuran Masjid, Ahmad Fuad Walid memberikan komando bahwa shalat Idul Adha segera dimulai. Seorang imam muda, Muhammad Relung Fazlur Rohman, alumnus Ponpes Karangasem Muhammadiyah Paciran berjalan dengan tenang menuju posisi di depan untuk memimpin shalat.

Rakaat pertama sang imam melantunkan Surat ad-Dukhan 40-56 dan rakaat kedua surah Muhammad 20-24. Suasana hening dan syahdu.

Siti Hajar Wanita Tangguh 

Siti Hajar satu di antara wanita mulia yang namanya terukir dalam sejarah Islam. Siti Hajar istri Nabi Ibrahim alaihissalam mengajarkan makna kepasrahan total dan ketundukan kepada Allah SWT tanpa syarat.

Demikian awal khutbah Idul Adha yang disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Mohamad Su’ud SPdI SP di lapangan dr Denny Kebonsari, Desa Blimbing, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu (28/6/2023).

Menurut pria yang masih menjabat Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Modo inui apa yang dialami oleh Siti Hajar tidak sebanding dengan permasalahan hidup manusia pada umumnya. 

“Bila kita merasa berat dengan persoalan hidup, berat mana ujian yang diberikan Allah kepada Siti Hajar? Di [adang tandus bebatuan. Tidak ada air dan tidak pemukiman. Sendirian bersama bayinya Ismail,” tanya Su’ud retoris.

Lagi-lagi Su’ud mengajak kepada jamaah untuk kembali merenungkan bahwa di balik setiap musibah pasti ada pesan cinta Illahi. “Secara cepat mencari pesan Tuhan itulah yang terpenting. Bukan menyalahkan pihak ketiga apalagi menuduh Allah tidak adil atau benci. Itulah yang dilakukan oleh Siti Hajar,” urainya berapi-api.

Menurutnya, dengan mencari isyarat atau pesan tersembunyi di balik ujian akan menjadikan seorang hamba merasakan ketenangan batin. “Apa yang terjadi terimalah dengan ikhlas, ridha, dan pasrah total. Jangan menolak,” pesannya.

Baca sambungan di halaan 2: Pesan Cinta di Balik Musibah

Jamaah yang shalat Idul Adha memadati lapangan dr Denny Kebonsari, Desa Blimbing, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu (28/6/2023). (Istimewa/PWMU.CO)

Pesan Cinta di Balik Musibah

Lalu apa makna pesan cinta-Nya di balik musibah?

Pertama, yakinlah bahwa Allah memiliki skenario terbaik untuk hamba-Nya. Menurut Su’ud, di balik banyaknya keinginan manusia, ada rencana Allah yang terindah. “Jangan cepat berburuk sangka kepada Allah. Bersabarlah dan tunggulah ada pesan apa setelahnya,” urai Su’ud.

Pria yang pernah menjabat Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Lamongan periode 1996-1998, menyitir ayat Allah:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah yang mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (al-Baqarah 216).

“Allah yang menciptakan kita, Allah jugalah yang mengerti kebutuhan kita”, tegasnya.

Su’ud mengajak para jamaah untuk merenungkan sebuah hadits:

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

“Allah ﷻ Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).”(HR Bukhari dan Muslim)

Kedua, Allah ingin berinteraksi lebih dekat kepada Hamba yang dicintai-Nya. “Dibalik ujian-Nya, boleh jadi Allah ingin ‘bermesraan’ dengan kita, namun hamba-Nya tidak merespon dan peka apa yang terjadi, dianggapnya biasa,” urai Su’ud sambil mengangkat tangannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah ﷻ) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah ﷻ beserta orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 153).

Menurutnya, shalat dan sabar adalah wasilah dahsyat yang mampu mengantarkan seorang hamba mencapai tujuan. “Hampir tidak mungkin, mencapai sesuatu tanpa kerja keras. Marilah kita perbaiki ikhtiar kita. Kita tata doa-doa kita lebih khusuk, kita perbaiki ibadah kita” pesan Su’ud dengan nada serius.

Baca sambungan di halaan 2: Bukti Cinta Allah

Bukti Cinta Allah

Ketiga, bukti kecintaan Allah kepada hamba-Nya. “Ada banyak sekali tanda-tanda cinta-Nya kepada hamba-Nya, di antaranya adalah sakit, kehilangan harta, dan sebagainya,” jelasnya.

Su’ud menyampaikan sebuah hadits, “Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya, apabila Allah suka kepada suatu kaum maka Allah berikan cobaan kepada mereka; siapa yang ridha maka baiknya keridhaan (Allah) dan siapa yang marak baginya kemurkaan (Allah).” (at-Tirmidzi).

“Sungguh kita akan menjadi hamba yang istimewa jika kita selalu ‘diperhatikan’. Bentuk perhatian Allah melalui ujian dan cobaan,” urainya.

Keempat, Allah sedang menyiapkan hadiah terbaik untuk hamba-Nya. Menurut Su’ud, tidak mungkin Allah menguji terus menerus hamba-Nya, kecuali akan datang kabar gembira. Su’ud mengutip firman AllahL

{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ 

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (al-Baqarah, ayat 155-157).

“Mari kita perhatikan di ujung ayat, Allah meletakkan kabar gembira setelah ada ujian. Setelah bersusah-susah berakhir kegembiraan. Yakinlah ujian itu hanya sedikit dan sebentar. Masih banyak nikmat yang kita peroleh, namun kita hanya mengingat kesulitan yang hanya sebentar,” ujarnya.

Su’ud mengakhiri khutbah dengan doa. Para jamaah khusuk mengikuti sambil mengangkat tangan.  

Shalat Idul Adha yang diselenggarakan oleh Dewan Kemakmuran Masjid Al-Muslimun Blimbing ini dihadiri tidak kurang dari 1.500 jamaah. Usai shalat, jamaah membubarkan diri dengan tertib. 

Salah satu panitia, memberi komando, “Di mohon panitia tetap tinggal di tempat untuk merapikan lapangan.” Puluhan remaja sigap dan tanggap memenuhi instruksi tersebut. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version