Penelitian Ilmiah Ini Ungkap Penyembelihan Cara Islam Tidak Menyakitkan; Liputan Kontributor PWMU.CO Sidoarjo Dian R Agustina.
PWMU.CO – Kajian Bakda Subuh Masjid Al Mu’minin, Jalan Raya Sawunggaling, Jemundo, Taman, Sidoarjo digelar pada Ahad (25/6/23).
Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan dr Tjatur Prijambodo MKes saat menjadi narasumber kajian menjelaskan, syariat Islam bukan hanya membuat orang barat terkejut, kita pun kadang belum paham makna terbaik dari agama Islam.
“Bahwa pengganti pengurbanan Nabi Ibrahim yang mendapat perintah menyembelih Nabi Ismail, kemudian diganti dengan domba adalah bukti rahmatan lil alamin,” jelas dr Tjatur.
Ketua MPKU Pimpnan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo itu kemudian menjelaskan struktur tubuh hewan mirip dengan manusia, hanya saja manusia lebih sempurna. Penyembelihan hewan kurban seakan menyakitkan, padahal syariat Islam tentu bukan sesuatu yang merugikan, apalagi menyakitkan.
“Syariat Islam pasti baik dan bermanfaat. Dalam al-Quran Surat al-Haj 34: ‘Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka’,” sitirnya.
Ayat tersebut, lanjut dia, adalah salah satu ayat tentang kurban. Bagaimana cara penyembelihannya? Dijelaskan di HR Muslim: “Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka, jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. Hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (HR Muslim).
Bukan Ekspresi Rasa Sakit
Padahal Rasulullah SAW tak pernah belajar kardiologi, yakni ilmu tentang jantung dan pembuluh darah. Melalui penelitian ilmiah oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman, Prof Dr Schultz dan Dr Hazim, keduanya menjawab pertanyaan.
“Yakni, manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara syariat Islam yang murni tanpa proses pemingsanan ataukah penyembelihan dengan cara barat yakni dengan cara pemingsanan?,” jelasnya.
Kemudian dr Tjatur menjelaskan, pada otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip), yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak. Tujuannya, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. “Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih,” paparnya.
Disimpulkan bahwa penyembelihan menurut syariat Islam yang mengiris leher sapi, dalam penyembelihan ternak dengan pisau tajam ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. “Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan syaraf’ saja, yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras,” terangnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.