PWMU.CO – Khutbah Ketua PDM Lamongan diawali dengan pernyataan: ibadah kurban merupakan ritual keagamaan yang cukup tua dalam sejarah peradaban umat manusia. Dimulai sejak Nabi Adam alaihissalam.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Drs H Shodikin MPd menyampaikan hal itu dalam shalat Idul Adha, di Lapangan SMP Muhammadiyah 26 Patihan, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu (28/6/2023).
Menurutnya, sejarah kurban dijelaskan al Surat al-Maidah ayat 27
وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱبْنَىْ ءَادَمَ بِٱلْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ ٱلْأَاخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ
“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”
Kisah Kurban di Zaman Nabi Ibrahim
Sebelum melanjutkan kisahnya, pria asal Dusun Sumberwungu Desa Kedugpengaron Kecamatan Modo ini melantunkan dengan suara merdu surat as-Shaffat ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’”
Menjelaskan ayat ini, Shodikin mengutip Tafsir As-Sa’di, ‘Maka tatkala anak sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samanya.’ Maksudnya, sampai pada umur mampu berusaha bersama Ibrahim dan sudah mencapai usia yang pada umumnya. Usia yang sangat disayang oleh kedua orang tuanya.”
Maka Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.” Maksudnya, aku telah melihat dalam tidur dan bermimpi bahwa Allah memerintahku menyembelihmu. “Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”
Karena perintah Allah itu harus dilaksanakan, maka Nabi Ismail berkata dengan sabar, mengharap pahala, rela kepada Tuhannya, dan berbakti kepada ayahnya, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Nabi Ismail menyampaikan kepada ayahnya bahwasanya ia memantapkan dirinya untuk sabar, dan ia menyertakan kehendak Allah padanya, sebab tidak akan terjadi sesuatu tanpa kehendak Allah.
“Sungguh keteladanan dan kerelaan tiada tara terhadap dua hamba Allah pilihan. Hanya semata mematuhi perintah Allah, mengikhlaskan apa yang dicintainya. Ayah mana yang tega berpisah dengan anaknya. Ismail, sang pemuda tidak segan-segan dan ragu menyatakan kesiapannya untuk mewujudkan mimpi ayahnya Ibrahim. Ibrahim telah membuktikan cinta-Nya kepada Allah,” tandas suami Anik Setiyowati ini.
Baca sambungan di halaman 2: Umat Nabi Muhammad Cukup Berkurban Hewan Ternak