Renovasi JIS Vs Renovasi Mental; Oleh Prima Mari Kristanto
PWMU.CO – Kabar gembira menyelimuti para pecinta sepakbola dengan ditunjuknya Indonesia sebagai host Piala Dunia U-17 bulan November nanti. Kesempatan ini menjadi pelipur lara setelah gagalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 karena keikutsertaan tim nasional Israel yang kehadirannya di Indonesia ditolak banyak pihak.
Kesempatan emas bagi punggawa tim nasional Garuda U-17 yang diasuh coach Bima Sakti setelah berhasil menjadi juara pada ajang Piala AFF tahun 2022. Coach Bima Sakti berhasil merenovasi mental para pemain muda disusul coach Indra Sjafri pada SEA Games 2023 mempersembahkan emas untuk Indonesia. Mental juara kembali hadir dalam sanubari insan sepakbola Indonesia setelah sekian lama gagal berprestasi di tingkat Asia Tenggara.
Berbeda dengan persiapan Piala Dunia U-20 yang heboh dengan rencana kehadiran tim nasional sepakbola Israel, rencana kali ini dihantui kesiapan stadion standar FIFA. Stadion Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta yang jauh-jauh hari dipersiapkan untuk venue U-20 bersama Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Manahan Solo, dan sebagainya terlanjur di-booking untuk konser Coldplay. Patut disayangkan istana olahraga yang dibangun pada masa Presiden Sukarno tidak bisa ikut menjadi venue ajang bergengsi ini.
Setelah GBK tidak memungkinkan dipakai sebagai salah satu venue, PSSI melirik potensi Jakarta International Stadium (JIS), markas Persija Jakarta yang dibangun pada masa Gubernur Anies Rasyid Baswedan. Stadion megah berstandar FIFA yang menelan anggaran pembangunan sebesar Rp 4,08 trilun ini sempat menjadi tempat latihan tim nasional sepakbola Argentina sebelum menghadapi tim nasional sepakbola Indonesia.
Lebih heboh lagi adalah pernyataan PSSI yang ingin merenovasi JIS karena menurut PSSI JIS belum sesuai standar FIFA.
Pertanyaannya berapa besar dan dari mana dana renovasi didapatkan yang demikian “entengnya” akan digelontorkan untuk renovasi JIS.
Baca sambungan di halaman 2: Agenda Politik?