Performa di Sekitar
Kembali ke keseharian kita. Tak banyak juru dakwah yang sekaligus memiliki dua kecakapan, yaitu di lisan dan tulisan. Hal yang banyak terlihat, sebagian hanya kuat di aspek dakwah lewat pidato saja dan kurang di sisi dakwah melalui tulisan, atau sebaliknya.
Dalam kaitan ini, mari buka buku Mujahid Dakwah. Di bab IV ada yang menarik. Di dalamnya, ada diskripsi Isa Anshary atas performa beberapa tokoh nasional (baca h.27-30). Berikut ini, petikannya.
Syahrir, pemikir politik yang kenamaan. Tulisannya, sedap dan dalam. Sayang, pidatonya susah dimengerti dan tentu tidak menarik.
Cokroaminoto lebih mahir berpidato daripada menulis. Meski begitu, dia juga seorang penulis yang baik.
Hamka lebih indah tulisannya ketimbang pidatonya. Sementara, masyarakat mengenal Hamka sebagai seorang muballigh / khatib yang masyhur.
Mas Mansyur dan AR Sutan Mansur, keduanya lebih mengesankan pidatonya jika dibandingkan dengan buah pena mereka. Tulisan dua ulama besar ini, biasanya dibantu penulis pribadinya atau muridnya. Caranya? Dengan jalan mendiktekannya.
Adapun tokoh yang memiliki kekuatan seimbang antara lisan dan tulisan, pidato dan pena, bisa disebut seperti berikut ini: Agus Salim. M.Natsir, dan A.Gaffar Ismail.
Agus Salim itu khas, ketajaman penanya sama dengan kekuatan lisannya. Di keduanya, pena dan lisan, Agus Salim tampil indah. Elok di sisi falsafah dan balaghah-nya.
M.Natsir, filosof Islam. Dia lebih tepat memberikan ceramah dan kuliah di forum semacam rapat khusus daripada berpidato di sebuah rapat akbar. Jangkauan dan analisisnya, baik dalam pidato maupun dalam tulisan, sama yaitu tajam dan mendalam. Pendek kata, bernas!
A.Ghaffar Ismail di zaman penjajahan, pernah mendapat julukan Agus Salim Muda. Ini karena fasih lidahnya, kaya bahasanya, dan luas ilmunya.
Masih tentang A.Ghaffar Ismail, Isa Anshary merasa bahwa belum ada muballigh Islam yang dapat memikat para pendengar sebagaimana performa A.Ghaffar Ismail. Bahkan, lanjut Isa Anshary, di aspek ceramah A.Ghaffar Ismail lebih baik ketimbang Agus Salim.
Mari rasakan gambaran Isa Anshary atas kedua Tokoh Islam itu. Agus Salim pidatonya hinggap ke otak. Pidatonya meminta si pendengar berpikir, memberi pengertian, dan memperkaya pengetahuan. Sementara, A.Ghaffar Ismail pidatonya menuju jiwa, memberikan kesadaran batin, memperkuat ruh / semangat, membawa hadirin berangkat mendekati Allah: Taqarrub ilallah.
Baca sambungan di halaman 4: Sang Mujahid Dakwah
Discussion about this post