Kepemimpinan Itu Butuh Pengorbanan Bukan Baperan. Liputan M Afiruddin, Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Masjid Namira Lamongan Jawa Timur menggelar kajian rutin setelah Subuh pada Ahad, (2/7/2023)
Kajian yang kali ini diisi oleh Rofi’ Munawar Lc ini bertema kurban. Meski sudah agak telat, tapi merupakan tema yang penting karena ada banyak makna yang berkaitan dengan kehidupan.
Ustadz Rofi’ mengawali kajian dengan mengucap rasa syukur kepada Allah sebagai bentuk kedekatan hamba kepada Sang Pencipta
“Semakin mengingat nikmat Allah, maka semakin dekat dengan Allah. Bersyukur itu mengungkapkannya dengan cara yang baik, karena jika dengan cara yang buruk sama saja dengan kufur,” ungkapnya.
Keutamaan Berkurban
Dia menjelaskan, secara hukum, kurban menurut jumhur ulama itu sunnah muakadah, meski ada yang mewajibkannya seperi Abu Hanifah dan ulama Madzhab Hanafiyah.
“Meski begitu, kurban itu adalah suatu keutamaan yang wajib. Fakta kurban, dari segi ushlub dan gaya bahasa, sudah jelas keutamaannya itu wajib,” tandasnya.
Ustadz Rofi menuturkan, fakta ini dapat dilihat dari Quran Surat al-Kautsar bahwa keutamaan kurban disandingkan dengan shalat.
Dia juga menjelaskan, dari ayat ini pentingnya aspek ideologis daripada sekedar biologis.
“Ayat ini menghibur Rasul karena mereka (kafir dan Quraisy) tidak mau diajak untuk berIslam dengan dakwah Rasulullah. Sehingga beliau kehilangan wibawa dan akhirnya akan banyak orang yang tidak mau mengikuti,” jelasnya.
Di zaman itu, orang-orang kafir Quraisy menggunakan kata terputus (abtar) bila ada keturunan laki-laki yang meninggal. Dan kata inilah yang digunakan saat putra Nabi Muhammad meninggal.
Namun siapa yang terputus? Justru yang terputus adalah mereka yang mengejek Nabi. Sebab 2 anak dari Al-Ash bin Wa’il (orang kafir Quraisy) masuk Islam.
Dari sini, menurutnya perlu mengambil pelajaran bahwa aspek ideologis melampaui aspek biologis.
“Jadi, ayat ini mengungkap bahwa aspek biologis itu penting, tapi yang penting lagi adalah aspek ideologis. Jika anaknya sholat, maka ayah nya juga sholat,” tandasnya.
Kepimpinan Itu Pengorbanan Bukan Baperan
Ustadz Rofi juga menjabarkan, ada tujuh makna keutamaan kurban. “Dari tujuh makna itu bisa ditambah, tapi tidak bisa dikurangi”, ungkapnya.
Pertama, makna tauhid. Kedua, makna taat. Ketiga, makna ibadah. Keempat, makna takwa. Kelima, makna syukur. Keenam makna sosial. Ketujuh, makna kepemimpinan.
Dia menjelaskan keterkaitan antara kurban dan kepemimpinan dengan menyandarkan pada kisah penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim AS.
Menurutnya, seorang Ismail yang sadar akan perintah Tuhan lewat perantara Nabi Ibrahim adalah sebuah pengorbanan besar.
“Karena sebelumnya Nabi Ibrahim mengharapkan kehadiran anak, tetapi ketika hadir malah disuruh menyembelih. Namun akhirnya diganti dengan domba. Artinya dalam hal kepemimpinan yang dibutuhkan adalah pengorbanan, bukan baperan,” tutupnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni