Pelajaran bagi Dai
Mari buku buku Psikologi Dakwah (edisi 1993). Dijelaskan di Kata Pengantar di h.iii, bahwa psikologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang masih muda bahkan belum populer di kalangan masyarakat. Materi psikologi dakwah hanya kita dapati di IAIN (sekarang banyak yang berubah menjadi UIN), di Fakultas Dakwah.
Walau demikian, secara praktik sebenarnya ilmu ini sudah dilaksanakan. Bahkan, sejak berabad-abad yang lalu Nabi Muhammad SAW secara lengkap telah menjalankan apa yang sebenarnya menjadi pokok bahasan Psikologi Dakwah.
Proses pelaksanaan dakwah dituntut lebih efektif. Juru dakwah dituntut pula untuk lebih menguasai masalah metodologi dakwah supaya lebih profesional dan proporsional.
Apa tujuan psikologi dakwah? Ini kata Jamaluddin Kafie:
- Membantu para mahasiswa dalam memiliki literatur bidang studi.
- Membantu para praktisi dakwah dalam memiliki bahan acuan.
Apa manfaat juru dakwah mempelajari psikologi?
- .Memungkinkan mengenal berbagai konsep atau prinsip yang dapat menolongnya dalam menelaah tingkah laku manusia secara lebih kritis.
- Memberikan keterampilan yang diperlukannya untuk mengolah hasil berbagai kegiatan psikis manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk berketuhanan dalam proses dakwah.
- Memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menerapkan metode dakwah kepada individual manusia yang merupakan makhluk totalitas (psiko-fisik) dan memiliki kepribadian yang berbeda-beda (h.65).
Adapun tujuan dakwah, ini: terwujudnya makarimul akhlak yang membudaya dalam masyarakat. Dalam kalimat lain, tujuan dakwah adalah memasyarakatkan akhlak dan mengakhlakkan masyarakat. Tujuan utama dakwah ini, sesuai dengan misi besar Nabi Muhammad SAW sebagai Utusan Allah.
Jamaluddin Kafie menjelaskan, bahwa dakwah bertujuan langsung untuk mengajak manusia mengenal Tuhannya dan mempercayainya sekaligus mengikuti jalan petunjuk-Nya. Dakwah juga bertujuan menyeru manusia kepada mengindahkan seruan Allah dan Rasul-nya serta memenuhi panggilan-Nya, dalam hal yang dapat memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Ini, secara umum.
Adapun secara khusus, masih kata Jamaluddin Kafie, dakwah itu menginginkan dan berusaha bagaimana membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh. Sebuah masyarakat yang fis-silmi kaffah (h.65-66).
Dari segi psikologi, dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa perubahan. Dari segi dakwah, psikologi banyak memberikan jalan kepada perumusan tujuan dakwah, pemilihan materi dan penentuan metodenya.
Jadi, psikologi dakwah merupakan alat bantu bagi juru dakwah dan para da’i untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi tingkah laku manusia sebagai objek dakwah. Juga, untuk mendapatkan pengertian praktis mengenai penyampaian dakwahnya secara metodologis kepada sasaran agar tujuan dakwah dapat dicapai secara efektif, efisien, intensif atau secara lebih maksimal dan optimal (h.67).
Baca sambungan di halaman 3: Petunjuk Penting