Petunjuk Penting
Hal yang perlu diperhatikan oleh juru dakwah, kata Jamaluddin Kafie, adalah situasi dan kondisi masyarakat. Khususnya, situasi dan kondisi psikologisnya. Misalnya orang kelaparan karena kemiskinan, yang oleh Nabi Saw disinyalir mendekati kekafiran, adalah garapan dakwah dalam rangka menyelamatkan mereka agar tidak sampai menjual akidahnya dengan harga yang murah. Mereka tentu lebih memerlukan makanan lahiriah terlebih dahulu daripada makanan batiniah atau rohaniah.
Berikut ini, contoh lain. Kata Jamaluddin Kafie, orang yang payah dan lelah akibat kerja seharian, membutuhkan istirahat lebih dahulu sebelum mereka mendengarkan nasihat-nasihat keagamaan atau pesan-pesan dakwah.
Masih contoh yang lain dari Jamaluddin Kafie, tentang remaja yang sedang menderita akibat pengaruh obat bius. Tentu, membutuhkan kesembuhan terlebih dahulu sebelum menerima pembinaan mental dan moralnya.
Manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani adalah unik. Proses pertumbuhan dan perkembangan pribadinya pun sangat rumit. Maka, dakwah yang harus menghadapinya juga sangat kompleks persoalannya (h.68).
Demikianlah, tujuan mempelajari Psikologi Dakwah bagi juru dakwah. Tak lain, agar mereka memahami esensi tujuan dakwah yakni mempengaruhi watak dan membentuk akhlakul karimah.
Selanjutnya, Jamaluddin Kafie masih merasa perlu menegaskan lagi secara lebih tegas tentang tujuan Psikologi Dakwah lewat kesimpulan, sebagai berikut: 1).Memberi gambaran tentang beberapa aspek psikologi dan aspek dakwatologis manusia untuk juru dakwah, agar mereka mau membekali dirinya dengan kemampuan-kemampuan teoritis, bagaimana mengaktualisasikan metode-metode dakwah dan mengadaptasikan serta mengintegrasikannya ke arah sasaran dakwah sesuai dengan situasi kejiwaan dan kondisi psikisnya.
2).Memberi pandangan tentang betapa pentingnya memahami materi dakwah sebagai urat nadi kehidupan manusia. Selanjutnya, teknis operasionalnya dapat disajikan bukan hanya sebagai ilmu yang mati, tetapi dapat didekati secara tradisional atau substansial dan menyangkut proses pengembangannya secara kontekstual harus mampu terus mengalir ke seluruh pembuluh darah kehidupan kejiwaannya yang akan melahirkan tingkah laku bermotivasi.
3).Memberi pengertian tentang manusia sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dakwah dengan segala ciri khas kepribadiannya (h.69-70).
Demikianlah, simpul Jamaluddin Kafie, dakwah sebenarnya adalah suatu proses pembentukan watak manusia. Maka, dalam rangka pembentukan itu dakwah menempuh pendekatan-pendekatan psikologis agar lebih memungkinkan bisa cepat sampai ke tujuan.
Baca sambungan di halaman 4: Tak Terlupakan