Tak Terlupakan
Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dikenal memiliki tradisi menulis yang baik. Santri di sana terbiasa menghasilkan tulisan. Dimulai dari jenis artikel, kemudian berlanjut menjadi buku. Temanya banyak hal, seperti pemikiran Islam, fikih, sastra, dan lainnya.
“Ini bermula dari seorang alumnus Gontor bernama Ustadz Jamaluddin Kafie pada tahun 1960-an,” kenang Pimpinan Pesantren Al-Amien Dr. KH Ahmad Fauzi Tijani.
Jamaluddin Kafie yang terbiasa menerjemahkan artikel dan buku, lalu mengajarkan cara mengalihbahasakan artikel dan buku berbahasa asing ke bahasa Indonesia kepada guru-guru muda di Pesantren Al-Amien. Selanjutnya, ilmu itu juga ditularkan kepada para santri untuk menulis artikel.
Pesantren Al-Amien mendukung sunnah menulis artikel ini. Bentuknya, Program Motivasi Menulis. Formatnya, bisa berupa Festival Menulis. Ada juga, Terapi Menulis dan Lomba Menulis.
Adapun lomba menulis yang diikuti santri Pesantren Al-Amien tak hanya di lingkup internal saja, tapi juga di luar pesantren mereka. Tentu, ada catatan tersendiri tentang santri Pesantren Al-Amien sebagai pemenang di berbagai lomba itu. Hal tersebut, lalu berbuah kepada citra bahwa pesantren yang santrinya berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini dikenal membiasakan warganya untuk menulis.
Sampai di kelas akhir, para santri Pesantren Al-Amien telah menulis artikel yang banyak. Lalu diseleksi sesuai tema yang cocok, untuk diterbitkan menjadi buku.
Pesantren Al-Amien juga punya perguruan tinggi. Maka, tak hanya santri, tapi “Dosen di tempat kami sudah terbiasa menulis artikel ilmiah. Sudah banyak yang diterbitkan menjadi buku atau di jurnal ilmiah,” kata Dr. Ahmad Fauzi Tijani (https://sindikasi.republika.co.id/berita/ruqbxh451/network).
Usia “Panjang”
Aktivitas dakwah Jamaluddin Kafie terentang panjang. Tampak padat agendanya. Kegiatan lain yang bisa disebut, misal, ada beberapa penelitian dia yang bertema masalah social-kemasyarakatan. Juga, dia aktif menjadi narasumber di berbagai seminar berskala regional dan nasional. Sempat pula memberi pelatihan menulis artikel. Bahkan, di bidang seni dia juga punya aktivitas yang berarti. Dia suka sastra termasuk puisi.
Sampai hari terakhirnya, Jamaluddin Kafie terus menggeluti dakwah. Saat itu tercatat sebagai Ketua Yayasan Kelompok Ad-Dzikir Prenduan – Sumenep.
Demikianlah, sebagian langkah kehidupan KH Jamaludin Kafie telah kita baca. Elok kesannya. Inspiratif kisahnya.
KH Jamaluddin Kafie berpulang ke Rahmatullah pada 5 November 2005. Banyak yang tak akan mudah melupakannya. Misal, pertama, keluaga besar Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep. Hal ini, karena berbagai kontribusinya yang tidak kecil. Sekadar menyebut, benih cinta literasi yang dulu ditanamnya terus berbuah manis.
Kedua, masyarakat luas. Hal ini, karena banyak karya tulisnya (terutama yang berupa buku), masih akan terus bisa menginspirasi umat untuk waktu yang sangat panjang. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni