Murid Dua Ulama Besar
Saat muda Usman El-Muhammady rajin berguru kepada banyak tokoh Islam, terutama kepada A. Hassan dan Hasbi Ash-Shiddieqy. Keduanya adalah ulama besar.
A. Hassan dikenal sebagai ulama yang kritis. Di kalangan Persis, dia dikukuhkan sebagai guru dan tokoh. A.Hassan telah membawa Persis menjadi organisasi pembaharu yang terkenal tegas dalam masalah-masalah fiqhiyyah. Lelaki yang lahir di Singapura ini jago debat dan penulis produktif. Di antara puluhan karyanya, ada Tafsir Al-Furqan. Sebagian karyanya, masih terus dicetak ulang hingga kini.
Adapun Hasbi Ash-Shiddieqy, juga ulama yang produktif menulis. Lebih dari 70 judul kitab/buku yang telah ditulisnya. Isinya, meliputi berbagai bidang seperti tafsir, hadits, fiqh, dan pedoman ibadah. Di antara karyanya, ada Tafsir An-Nur. Banyak bukunya yang masih terus dicetak ulang hingga kini. Hal lain, karena kepakarannya dalam ilmu hadits, pada tahun 1960 dia diangkat menjadi Guru Besar di bidang Ilmu Hadits. Sejak itu dia juga menjadi dekan di Fakultas Syariah IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Jogjakarta hingga tahun 1972.
Spirit Guru
Usman El-Muhammady pernah menjadi muballigh di Bandung pada 1920-an. Kala itu, ajaran A.Hassan mempengaruhi pemikirannya, terutama yang terkait hukum-hukum Islam.
Dia pernah berbulan-bulan tinggal di rumah A.Hassan di Bandung. Lewat sebuah tulisan, Atawijaya merujuk salah satu edisi Majalah Al-Muslimun yang di dalamnya ada judul “Jasa Persatuan Islam”.
Si penulis, yaitu Usman El-Muhammady, menulis bahwa “Ajaran-ajaran dari almarhum Ustadz A. Hassan (waktu di Bandung) bukan ilmunya saja yang menarik hati dan otak saya, tetapi pribadi beliau dengan akhlaknya dalam menghayati kehidupan sosial dalam masyarakat secara Islam. Pribadi almarhum dengan akhlaknya dalam kehidupan sosial yang diteladani oleh putra-putra beliau, di antaranya A. Qadir, telah menjadi magnet yang menarik seluruh jiwa dan raga saya”.
Sebelum berguru ke A. Hassan, Usman El-Muhammady belajar kepada ulama asal dari Aceh, yaitu Hasbi Ash-Shiddieqy. Kepada ulama itu, dia belajar bahasa Arab.
Pada 1927, Usman El-Muhammady pulang ke Aceh. Ia kemudian berdakwah tak hanya lewat lisan, tetapi juga tulisan. Ia kemudian mendirikan beberapa majalah seperti yang telah disebut di atas (paragraf keenam).
Khusus yang terkait dengan Majalah Industrie (yang terbit di Aceh dan Medan), Usman El-Muhammady juga mendirikan sekolah di Kota Medan dengan nama: Sekolah Industrie. Murid-muridnya datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Terkait majalah-majalah yang dikelolanya, Usman El-Muhammady mengaku mengambil spirit dari Majalah Al-Lisaan dan Pembela Islam yang terbit di Bandung. Majalah-majalah itu dikelola A.Hassan, M.Natsir, dan lain-lain.
Baca sambungan di halaman 3: Kakek Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia