Kakek Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia
Usman El-Muhammady wafat pada pada 1978, dalam usia 75 tahun. Almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan sebagai seorang pejuang kemerdekaan.
Di antara cucu Usman El-Muhammady ada yang mengikuti jejaknya sebagai penulis. Mereka adalah Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia. Dua kakak-beradik ini dikenal dengan karya-karya fiksinya yang sangat digemari anak-anak muda (Islam). Selain Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia, ada cucu lagi bernama Astri Ivo yang juga bisa menulis.
Khusus Helvy Tiana Rosa, ada catatan tambahan. Koran Tempo menjulukinya sebagai Lokomotif Penulis Muda dan The Straits Times menjulukinya pionir bagi sastra Islam Indonesia kontemporer (2003). Adapun Los Angeles Times menulis bahwa karya-karya Helvy Tiana Rosa banyak mengangkat persoalan hak-hak asasi manusia, baik di Indonesia maupun yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk di Palestina (2007).
Selanjutnya, Helvy Tiana Rosa pernah mendapat 50 penghargaan tingkat nasional di bidang penulisan dan pemberdayaan masyarakat. Sebagian di antaranya, sebagai Tokoh Sastra dari Balai Pustaka dan Majalah Sastra Horison (2013) dan Tokoh Perbukuan IBF Award dari IKAPI (2006) (https://sastrahelvy.com/tentang-helvy/).
Demikianlah, selanjutnya, tak harus anak keturunan langsung yang harus melanjutkan perjuangan Usman El-Muhammady. Semua umat Islam berkewajiban berdakwah dan itu bisa lewat jalur pendidikan dan kepenulisan. Jika wilayah dakwah ini-pendidikan dan kepenulisan-yang kita pilih, maka sosok Usman El-Muhammady adalah salah satu teladan yang sangat bisa menginspirasi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni