PWMU.CO – Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas terpenting dalam sebuah lembaga pendidikan. Sebab, keberadaannya bisa dikatakan sebagai awal dari kecintaan siswa dalam membaca. Nah, terobosan SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ini tampaknya bisa dijadikan referensi dalam memperbanyak perpustakaan, dan tentu saja isinya.
“Program yang pertama kami lakukan adalah pembuatan perpustakaan mini di masing-masing kelas,” jelas Kepala SDM 4 Pucang Surabaya, Edy Susanto MPd, (19/5). Lantas darimana koleksi buku untuk perpustakaan mini ini? “Koleksi buku diperoleh dari sumbangan para siswa, dengan mewajibkan setiap siswa menyumbang minimal satu buku bacaan.”
Selain bukan buku pelajaran, tidak ada ketentuan khusus tentang judul dan jenis buku yang disumbangkan. Tak heran jika koleksi perpustakaan mini ada buku cerita islami, komik, dongeng, sains dan masih banyak lagi.
(Baca juga: Tanamkan Cinta Baca pada Siswa dengan One Day One Book One Paragraph)
Setiap hari jumlah koleksi buku terus bertambah seiring dengan semangat para siswa dalam mensukseskan gerakan tersebut. Sebab, meski hanya diwajibkan menyumbang minimal satu buku, tidak jarang siswa yang menyumbang lebih dari tiga.
Seperti Ghaisan, siswa kelas 1-B, ia menyumbang lima buku. Ketika ditanya kenapa menyumbang banyak buku, jawabnya cukup lugas. “Kalau dirumah cuma bisa dibaca sendirian. Kalau di sekolah, bisa dibaca oleh semua teman-temanku,” begitu jawaban polosnya.
Bisa dibayangkan jika 1 siswa rata-rata menyumbang 3 buah buku, setidaknya dalam setahun sudah ada 32 siswa x 3 buah buku, atau total 96 buah buku. Jika dikalikan dengan jumlah rombongan kelas yang berjumlah 42, maka setahun ada 96 x 42 kelas, setahun ada 4.032 buku koleksi di perpustakaan mini ini. Sementara program “perpustakaan mini” ini sudah berjalan 3 tahun, silakan dihitung sendiri.
(Baca juga: Cara SD Muri Menggelorakan Budaya Membaca di Tengah Minimnya Ketersediaan Buku)
Koleksi buku perpustakaan mini ini selalu bertambah setiap tahunnya. Sebab, ketika para siswa sudah naik kelas, perpustakaan mini itu akan menjadi “warisan” untuk adik kelasnya. Sementara yang naik kelas akan mewarisi perpustakaan yang ditinggalkan kakak kelas, dan tentu saja menambahi koleksinya dengan minimal 1 buah buku.
Tak hanya perpustakaan mini di kelas masing-masing, sekolah juga memprogramkan kunjungan ke perpustakaan sekolah setiap 2 minggu sekali. Sebab, selain memiliki perpustakaan mini di masing-masing kelas, sekolah ini juga memiliki satu perpustakaan terpadu. Setiap 2 minggu sekali, setiap kelas secara bergiliran untuk berkunjung kesana.
Kenapa hanya 2 minggu sekali? “Sebab, rombongan belajar di sekolah ini cukup banyak, yaitu 42 kelas. Untuk mengakomodir semua kelas agar mendapat jatah kunjungan, maka dibuatlah aturan tersebut,” jelas Edy Susanto. Selain “kewajiban”, perpustakaan pusat ini juga melayani kunjungan siswa secara individu setiap hari, yaitu jam istirahat atau saat menunggu dijemput oleh orang tua.
(Baca juga: Kulit Telur Pun Bisa Jadi Asesoris, Serunya Spontanitas Berkarya ala Keputrian Siswi SD)
Selain menyediakan sarana perpustakaan, tak kalah pentingnya adalah program menumbuhkan minat baca para siswa. Sekolah memprogramkan wajib membaca minimal 15 menit setiap hari, dengan bimbingan wali kelas. “Membaca harus dibiasakan agar setiap hari wawasan para siswa bertambah,” pungkas Edy Susanto.
Bagaimana perpustakaan di sekolah Anda? (muhimmatul)