PWMU.CO – Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah, Sendangagung, Paciran, Lamongan KH Muhammad Dawam Saleh mengingatkan bahwa pemimpin yang baik itu seharusnya menganut falsafah khairunnas anfauhum linnas, yaitu sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
”Kalau pemimpin itu menista agama, maka tak ubahnya seperti Firaun: kelihatannya membangun masyarakat tapi sejatinya merusak. Merusak tatanan masyarakat dan kesatuan bangsa,” kata Dawam dalam Pengajian Jumat Pagi (Jumpa), di Masjid At Taqwa Babat, Lamongan (19/5).
(Baca: Lewat Puisi Petruk Jadi Ratu, Kyai Dawam Kembali Kritik Penguasa)
Yang disayangkan Dawam, ternyata sang penista agama yang non-muslim itu jutru diislam-islamkan oleh sebagian oknum ulama. “Katanya dia sudah hapal surat Al Fatihah,” ujar Dawam menirukan. Alumni Pondok Modern Gontor ini mengakui memang ada model ulama ‘bengkok’ seperti itu, yang hanya mengejar kepentingan sesaat.
Tapi, menurut Dawam, ulama yang istiqamah itu akan menjaga umat. “Mereka bukan pembuat gaduh, seperti yang dituduhkan oleh pihak-pihak tertentu belakangan ini,” tutur Dawam yang juga menjelaskan bahwa ulama itu ada yang dakwahnya amar makruf saja dan ada yang nahi munkar saja.
(Baca juga: Jauhi Bicara Khilafiyah, Mari Bersatu Selamatkan Negeri, Pesan KH Dawam Sholeh pada Warga Muhammadiyah Babat)
Dawam memberikan contoh ulama yang menekankan nahi munkar dalam dakwahnya seperti Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi, yang dikenal sebagai pendiri Wahabi.
“Selama berada di Madinah, beliau sangat prihatin menyaksikan umat Islam setempat maupun penziarah dari luar kota Madinah yang melakukan perbuatan-perbuatan kesyirikan, termasuk di makam Nabi Muhammad SAW, sesuatu yang tidak sepatutnya dilakukan seorang Muslim,” cerita Dawam.
“Apa yang disaksikannya itu menurut Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab bertentangan dengan ajaran Islam. Inilah yang beliau tentang karena membawa umat berbuat syirk,” jelasnya. (Hilman Sueb)