PWMU.CO – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin memberikan 4 beasiswa kapada remaja Muslim Tiongkok untuk belajar di Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Sumbawa, NTB.
Hal itu disampaikan Din saat bertemu dengan pimpinan China Islamic Association (CIA) di sela kegiatannya membuka Sidang Konferensi Asia Agama-agama untuk Perdamaian atau Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) yang berlangsung di Beijing Friendship Hotel, 20-21 Mei 2017.
(Baca: Di Rusia, Din Syamsuddin Bicara tentang Kemitraan Ramah Islam)
Sebelumnya, dalam kapasitasnya sebagai Presiden ACRP, Din Syamsuddin memimpin delegasi tokoh lintas Agama se-Asia menemui Chairman of China’s Political Consultative Conference (CPPCC) Mr Yu Zhengsheng, di kantornya di Beijing, (19/5).
“Mr Zhengsheng adalah tokoh keempat berpengaruh di RRT,” kata Din kepada PWMU.CO, Sabtu (20/5). Delegasi yang terdiri dari 12 tokoh itu, datang mewakili 70 tokoh berbagai agama yang sedang bersidang di Beijing. Mereka bergabung dalam ACRP, sebuah gerakan keagamaan untuk perdamaian yang memiliki cabang di 22 negara Asia.
(Baca juga: Inilah Pidato Din Syamsuddin di Depan Paus Fransiscus dan Tokoh-Tokoh Agama Dunia di Italia)
Kepada Mr Zhengsheng, Din Syamsuddin menyampaikan penghargaan kepada Pemerintah RRT atas dukungannya kepada ACRP dan pada agama-agama di RTT seperti Buddha, Islam, Kristen, dan Taoisme, yang mengalami perkembangan signifikan.
Hal demikian penting, kata Din, karena Asia Timur dewasa ini tumbuh berkembang sebagai kawasan pertumbuhan. “Pusat gravitas ekonomi dunia tengah bergeser ke Asia Timur membawa konsekwensi-konsekwensi seperti pertumbuhan ekonomi selainnya munculnya masyarakat sekuler, materialistik, dan individualistik,” kata Din.
(Baca juga: Ini Kisah Din Syamsuddin saat Disomasi Kelompok Atheis)
Oleh karena itu, lanjut Din, agama-agama harus tampil dengan misi profetik, yakni mendorong dan mengarahkan perubahan ke arah yang positif. Khusus tentang kebangkitan China, Din Syamsuddin mengharapkan kebangkitan itu terjadi dalam wawaaan regional Asia Timur, dan membawa manfaat bagi negara-negara di kawasan.
Dalam hal ini visi One Belt One Road, menurut Din, diharapkan terrealisasi secara luas, yakni bukan hanya untuk kepentingan RRT, tapi untuk kemaslahatan kawasan bahkan dunia secara keseluruhan.
Mr Zhengsheng memberi tanggapan positif terhada pernyataan Din Syamsuddin dan memastikan bahwa RRT tidak berpretensi untuk menguasasi dan memimpin dunia, tapi untuk bangkit dan maju bersama. (MN)