Ketua MPKU PWM Jatim: Buku ‘Dakwah Bidang Kesehatan’ Sangat Menginspirasi

Buku Dakwah Bidang Kesehatan, Profil Rumah Sakit dan Klinik Muhammadiyah Lamongan 1966-2023 (Didik Nurhadi/PWMU.CO)

PWMU.CO – Buku Dakwah Bidang Kesehatan, Profil Rumah Sakit dan Klinik Muhammadiyah Lamongan 1966-2023 mendapat apresiasi dari Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr H Mundakir Ns MKep.

Buku terbitan Kanzun Book Sidoarjo yang ditulis oleh tiga orang kontributor PWMU.CO itu—Fathurrahim Syuhadi, Prima Mari Kristanto, dan Slamet Hariadi—telah diluncurkan saat acara pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Ahad (11/6/23) sebulan lalu.

Dalam testimoni yang dikirim lewat WhatsApp, Senin (10/7/23), Mundakir, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, menyambut baik dan memberi penghargaan setinggi-tingginya kepada tim penulis, MPKU, dan PDM Lamongan atas terbitnya buku tersebut. 

“Tulisan yang cukup komprehensif, runut, dan sangat menginspirasi,” ucap Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 2017-2021 ini.

Dia mengatakan buku ini sangat layak dibaca bukan hanya warga Lamongan, namun juga oleh umat Islam khususnya warga Persyarikatan. “Uraian perkembangan dan dinamika dari waktu ke waktu, disertai dengan peran dan kiprah para tokoh di masanya, menjadikan tulisan ini hidup dan menggugah semangat,” pujinya. 

Ia mengajak kepada aktivis Persyarikatan dan pimpinan MPKU di semua tingkatan untuk membaca buku ini. “Tulisan ini merupakan karya dari sebuah tradisi yang sangat mulia, berkelas dan berkemajuan,” kata dia.

Tiga Manfaat yang Diperoleh Pembaca

Mundakir mengungkapkan melalui tulisan ini banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca. Antara lain, pertama, meningkatkan kesadaran bahwa capaian amal usaha Muhammadiyah (AUM)—khususnya bidang kesehatan yang ada di Lamongan—memerlukan perjuangan dan pengorbanan dari banyak pihak dan proses panjang serta dinamika up and down. “Tidak ujuk-ujuk besar seperti sekarang,” katanya.

Kedua, pembaca dapat mengambil pelajaran bagaimana AUM didirikan, ideologi Persyarikatan dijadikan dasar atau pegangan, peran pemimpin, bagaimana keberhasilan maupun ketidakberhasilan AUM.

Ketiga, buku ini juga bermanfaat sebagai media untuk mengingat, mengenang dan mengapresiasi para tokoh perintis, pejuang dan pengembang AUM. 

“Melalui buku ini kita tidak hanya mengagumi para tokoh yang tersebut di dalamnya. Namun kita juga akan mengenal dan mengagumi para sahabat dan keluarganya,” ujarnya tentang buku yang disunting oleh Sugeng Purwanto itu.

True story yang ditulis dalam buku ini menegaskan bahwa Lamongan sebagai basis Muhammadiyah Jawa Timur. Dengan amal usaha bidang kesehatan yang terdiri dari 4 rumah sakit, 13 klinik, dan 2 apotek, menjadikan Lamongan sebagai PDM paling ‘kaya’ dan ‘sejahtera’. 

Dia menambahkan, belum lagi AUM lain yang ada di PDM Lamongan, seperti AUM bidang pendidikan mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi, pondok pesantren, mini market (Logmart atau Surya Mart), SPBU, BTM, dan lain-lain.

Baca sambungan di halaman 2: Tiga Lesson Learn

Dr H Mundakir Ns MKep (Istimewa/PWMU.CO)

Tiga Lesson Learn

Mundakir menegaskan, dari buku yang berisi tentang rintisan pendirian, perkembangan, dan kemajuan amal usaha kesehatan yang ada di Lamongan ini, setidaknya pembaca akan mendapatkan tiga lesson learn, yaitu:

1.Semangat dari para tokoh perintis. 

Bisa kita bayangkan bagaimana kondisi dan resources yang dimiliki oleh Persyarikatan pada saat itu. 

“Tentu keberadaan SDM, sarana-prasarana maupun finansial yang dimiliki sangat terbatas. Namun karena semangat dan ghirah beramalnya sangat besar disertai dengan keikhlasan yang kuat maka mimpi-mimpi yang mereka miliki bisa terwujud,” ungkap Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Mundakir lalu mengajak belajar dari ‘Bapak PKO Mohammad Sudja’ yang ada di Lamongan. “Kita tentu wajib belajar dan hormat kepada dokter M. Thohir yang selama hidupnya didedikasikan untuk pengembangan AUM kesehatan, tidak hanya di Lamongan tapi juga di Jawa Timur. Demikian juga yang dilakukan oleh dokter Agus Pramono, Bapak Drs Budi Utomo MKes dan dokter Samsu Dhuha. Pun demikian tokoh lain seperti Bapak Gholib Ghufron, Bapak Sukirno, dan tokoh lain,” urainya.

Dia melanjutkan, tokoh-tokoh itu, meskipun bukan seorang dokter atau tenaga kesehatan namun perannya sangat penting bagi pendirian dan pengembangan klinik dan RSM di Lamongan. 

2. Dukungan dari Warga Persyarikatan

Mundakir meyakini bahwa pengaruh teologi al-Maun yang dipraktikkan oleh warga Persyarikatan menjadi salah satu modal utama terwujudnya berbagai amal usaha Muhammadiyah. 

Tak heran banyak orang mengatakan, ‘orang Muhammadiyah itu kumpul sebentar saja bisa menghasilkan klinik, sekolah, ataupun panti asuhan’. Itulah salah satu karakter warga Muhammadiyah yang ‘royal’ dan loman dalam dakwah Islam melalui harta benda, pikiran, dan tenaganya. 

3. Pengelola AUM yang Amanah

Selain faktor tokoh perintis dan dukungan warga persyarikatan, faktor pengelola AUM juga menjadi faktor penting. Profesionalitas, integeritas, dan spirit ibadah dalam menjalankan amanah sebagai pengelola AUM menjadikan AUM terus tumbuh dan berkembang. 

Dengan spirit tersebut di atas, Munddakir melanjutkna, para profesional pengelola AUM rela digaji rendah bahkan terkadang tidak memperhitungkan masalah finansial (terutama pada masa-masa awal). “Bila ada pengelola (pimpinan) AUM yang money oriented dipastikan tidak akan betah maupun bertahan lama di AUM,” kata dia.

Baca sambungan di halaman 3: Pentingnya Budaya Menulis 

Buku Dakwah Bidang Kesehatan, Profil Rumah Sakit dan Klinik Muhammadiyah Lamongan 1966-2023 (Didik Nurhadi/PWMU.CO)

Pentingnya Budaya Menulis 

Mundakir berharap tulisan-tulisan seperti ini perlu terus dikembangkan khususnya oleh para aktivis persyarikatan di semua tingkat dan wilayah masing-masing. 

“Dengan budaya menulis yang baik akan berimplikasi pada peningkatan dan perluasan literasi masyarakat khususnya warga Persyarikatan untuk tetap menjaga spirit perjuangan dan kesinambungan gerakan,” jelasnya.

Dia menegaskan, melalui tulisan-tulisan seperti inilah kita menjadi sadar dan belajar akan masa lalu untuk masa depan yang lebih baik. 

“Semoga tulisan buku ini dapat mendorong dan menginspirasi MPKU-MPKU PDM dan PCM terutama yang telah mendirikan dan menyelenggarakan AUM untuk juga menyusun tulisan-tulisan serupa, sebagai bentuk penghormatan kita kepada para tokoh pejuang, perintis dan pengembang AUM di masa lalu,” ujarnya 

Selain itu, sambungnya, melalui tulisan-tulisan semacam ini, kita berharap supaya kita tidak menjadi generasi yang lupa sejarah, dan tidak merasa berjasa sendiri. “Ingat, adanya kita seperti sekarang ini karena ada proses dan perjuangan masa lalu,” tuturnya.  

“Sekali lagi terima kasih kepada tim penulis Mas Fathurrahim Syuhadi, Mas Prima Mari Kristanto, dan Mas Slamet Hariadi. Karya Panjenengan sangat penting, bernilai, menginspirasi dan mencerahkan. Semoga menjadi amal jariah. Amin,” doanya. (*)

Penulis Slamet Hariadi Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version