Jangan Membisu!
Secara umum, semakin banyak pihak yang tak risih berdekat-dekat dengan para pelaku LGBT yang sangat dilaknat Allah. Maka, terkait ini, mereka yang masih punya iman tak boleh diam di hadapan kemungkaran. Kita jangan jadi setan bisu.
Setan bisu? Adakah, siapakah dia? Prof. KH Ahmad Satori Ismail pernah menulis. Bahwa, dalam kitab Ar-Risalah al-Qusyairiyyah di halaman 62 bab as-shumti, “Yang tidak menyuarakan kebenaran adalah setan bisu”.
Lebih lanjut, ungkap Satori, istilah setan bisu bukan dari hadits tapi dikutip oleh banyak ulama dalam fatwa dan kitab-kitab mereka. Ibnu Taimiyah menyebutkannya dalam Majmu’ Fatawa. Ibnu al-Qayyim juga menukilnya. Imam an-Nawawi dalam Syarah Muslim pun mengutipnya dari Abi al-Qasim al-Qusyair.
Masih kata Satori, meski bukan hadits, isi dan jiwa kalimat tersebut sejalan dengan QS Ali ‘Imraan 104, QS At-Taubah 71, dan lainnya. Juga, seirama dengan makna banyak hadits amar makruf dan nahi munkar (https://khazanah.republika.co.id/berita/rlr8yf313/setan-bisu).
Jadi, terus aktiflah bernahi mungkar. Senantiasa giatlah berjihad (dalam arti luas). Nyalakan terus ghirah kita! Buktikan, bahwa ghirah mampu membuat kita punya harga diri. Perlihatkan, bahwa ghirah bisa menjadikan kita berani menegakkan yang hak kapan pun dan di situasi apapun. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni