Sekolah Internasional Muhammadiyah
Dalam Rakor ini terdapat penandatanganan memorandum of understanding (MoU) sekolah Muhammadiyah dan Majelis Dikdasmen dan PNF dalam mengimplementasikan program.
Tafsir menjelaskan MoU ini meliputi 100 persen Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah (KTAM), International Class Program (ICP), 20 besar peringkat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), sekolah mandiri dan unggul, serta penerapan aplikasi Edumu.
“Muhammadiyah sudah 100 tahun, tetapi nama sekolahnya belum kompetitif maka era kompetisi yang ada sekolah Muhammadiyah harus tampil. Tampil berkompetisi tidak hanya lokal dan nasional, tetapi juga internasional sesuai dengan visi sekarang yakni internasionalisasi Muhammadiyah,” katanya.
Muhammadiyah mencerahkan semesta maka sudah saatnya sekolah Muhammadiyah tidak hanya berskala lokal dan nasonal, tetapi juga berskala global. Untuk itu, sekolah Muhammadiyah harus memiliki kelas internasional sebagai bagian awal menuju internasionalisasi pendidikan Muhammadiyah.
“Minimal ada 3-5 sekolah Muhammadiyah di Jawa Tengah yang benar-benar merepresentasikan sekolah Muhammadiyah berstandar internasional,” targetnya.
Kaitan target, sambungnya, memang kami tidak bisa memaksakan karena tergantung dengan SDM yang dimiliki. “Sekali lagi kami tidak bisa memaksakan karena tidak mudah mencari SDM dan sarana prasarana berstandar internasional,” ungkapnya.
Dia menuturkan, PWM Jawa Tengah akan menindaklanjuti MoU dengan upaya pendampingan intensif dari lembaga bertaraf internasional.
Baca sambungan di halaman 3: Industrialisasi Sekolah Muhammadiyah