Mengasah Hati
Ridwan Hasan Saputra menjelaskan mengasah hati itu ada hubungannya dengan ghaib. Misalnya kita pergi ke masjid untuk shalat berjamaah agar mendapat pahala 27 derajat.
“Itu hal ghaib kan, tapi kalau orang tidak percaya hal ghaib, maka tidak shalat berjamaah, shalat sendiri,” katanya.
Kalau kita percaya pada yang ghaib, sambungnya, nanti kita bisa merasakan hal-hal ghaib juga. Contohnya sedekah. Ketika sedekah, kita percaya dapat pahala yang luar biasa.
Cara mengasah antena hidup yang ketiga, yaitu hati. “Mengerjakan shalat 5 waktu, puasa Ramadhan, zakat merupakan cara agar hati kita terasah. Termasuk juga mengerjakan amalan Sunnah. Misalnya shalat dhuha, baca al-Quran, puasa Senin Kamis, sedekah dan lain-lain,” jelasnya.
Ada satu amalan di Muhammadiyah agar hati terasah yaitu mengurus Amal Usaha Muhammadiyah, misal sekolah atau panti asuhan. Hati semakin terasah jika mengurus sekolah air mata atau sekolah kecil.
Dia mengatakan mengurus sekolah air mata hati lebih terasah daripada mengurus sekolah mata air (sekolah maju). “Maka ketika orang-orang yang mengurus sekolah mata air kalau ingin hatinya lebih terasah, ibadahnya harus dikencangkan lagi,” tuturnya.
Dia berpesan agar hidup jangan baik-baik saja. “Hidup itu jangan baik-baik saja, kalau hidup itu baik-baik saja kita harus waspada, pasti ada yang tidak baik yang menimpa hidup kita,” pesannya.
Jadi, tekannya, jangan berpikir hidup itu selalu yang enak-enak saja, baik-baik saja. Misalnya gaji besar, rumah besar, anak-anak pintar. Berpikirnya jangan selalu begitu. Itu nanti akan ada musibah yang datang. Hidup itu harus ada yang tidak baik supaya hidup kita benar,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.