Kader Inklusif
Kedua, Prof Haedar menegaskan, Nasyiatul Aisyiyah adalah bagian dari komponen Aisyiyah dan Muhammadiyah yang terus berdialog, saling bersinergi, berkolaborasi dengan berbagai unsur di persyarikatan Muhammadiyah. “Lebih-lebih Muhammadiyah yang makin terbuka, Aisyiyah yang makin terbuka, bahkan Nasyiah yang makin terbuka,” tuturnya.
Prof Haedar menyadari, mereka sekarang berada dalam realitas di mana sumber daya kader berasal dari berbagai muara dari berbagai hulu. Maka sikap inklusif, terbuka, dan mau menerima berbagai macam lingkungan asal kader Muhammadiyah menjadi bagian dari dinamika berorganisasi yang bersifat inklusif.
“Dalam keragaman sumber daya kader, Muhammadiyah, Aisyiyah, dan organisasi otonom lainnya, kita justru akan menjadi kuat. Keragaman ini percaya akan tetap berada dalam koridor sistem organisasi yang sudah kuat di persyarikatan,” ungkapnya.
Maka Prof Haedar mengimbau, “Tanamkanlah, sebarluaskanlah, sosialisasikanlah, dan jadikan state of mind, kader Nasyiatul Aisyiyah adalah kader yang inklusif yang terbuka pada berbagai alam pikiran, terbuka pada beragam kader karakteristik dari berbagai latar belakang untuk berhimpun di dalam organisasi baik di Nasyiatul Aisyiyah, di Aisyiyah, maupun di persyarikatan Muhammadiyah.”
Dia menekankan, Muhammadiyah dan mereka semua tumbuh besar karena kekuatan kadernya yang berasal dari berbagai macam lingkungan yang tertempa dalam proses dan sistem yang sudah mapan.
Ketiga, meningkatkan kualitas wawasan dan pandangan keislaman yang berkemajuan. Muhammadiyah telah melahirkan Risalah Islam Berkemajuan. Aisyiyah telah melahirkan Risalah Perempuan Berkemajuan. “Tentu saja Nasyiatul Aisyiyah lewat muktamarnya juga telah melahirkan pikiran-pikiran maju sejalan dengan gerak dan alam pikiran Muhammadiyah Aisyiyah,” ungkap Prof Haedar.
Karena itu, menurut Prof Haedar penting untuk menjadikan pandangan Islam berkemajuan sebagai alam pikiran Nasyiatul Aisyiyah, anggota Aisyiyah, lebih-lebih para pimpinan Nasyiatul Aisyiyah. Dia mengingatkan, “Jangan merasa di zona nyaman, sudah menjadi kader Muhammadiyah-kader Aisyiyah, tetapi kita kurang memiliki khasanah pandangan dan alam pikiran keislaman yang berkemajuan!”
Berkemajuan yang dia maksud yakni dalam memahami Islam menggunakan pendekatan yang interkoneksi bayani burhani dan irfani. Selain itu ditunjang oleh wawasan keilmuan yang luas, baik klasik maupun modern.
Prof Haedar lantas mengajak kader-kader Nasyiatul Aisyiyah maupun para pimpinan, selain menjadi insan-insan amaliyah juga harus memperkaya diri dengan pemikiran-pemikiran Keislaman yang kuat dari mana pun latar belakangnya.
Kapitalisasi Potensi Diri
Keempat, Prof Haedar berharap, Nasyiatul Aisyiyah terus mengapitalisasi potensi dirinya sebagai kader Aisyiyah-kader Muhammadiyah, untuk proses transformasi kepemimpinan ke depan.
“Saya yakin bahwa dari Nasyiatul Aisyiyah lahir kader-kader Muhammadiyah dan para pemimpin Muhammadiyah-Aisyiyah yang memiliki akar kuat pada proses, sistem ideologi, dan sistem organisasi, wawasan keislaman berkemajuan tapi sekaligus juga menjadi kader yang inklusif,” ungkapnya.
Terakhir, Prof Haedar berharap, 95 tahun adalah titik tolak atau menjadi tonggak bagi Nasyiatul Aisyiyah untuk bergerak terus dalam wilayah strategis dan taksis, menjadi organisasi perempuan putri Aisyiyah-Muhammadiyah yang memiliki keunggulan gerakan dibanding dengan yang lain.
“Kita mesti berfastabiqul khairat dengan organisasi-organisasi lain yang boleh jadi merambah ke berbagai aspek kehidupan secara lebih detail, real, dan menjangkau banyak lapisan sosial kemasyarakatan dan lingkungan di mana Nasyiatul Aisyiyah berada,” harapnya.
Prof Haedar yakin, orientasi praksis dan strategis akan menjadi dua pilar penting dalam pergerakan Nasyiatul Aisyiyah. Prof Haedar menutup amanahnya dengan doa,
“Mudah-mudahan Allah melimpahkan berkah dan karunianya di usia 95 tahun Nasyiatul Aisyiyah untuk melahirkan kader-kader Nasyiatul Aisyiyah menjadi kader Aisyiyah, kader Muhammadiyah, kader umat, kader bangsa, dan kader di tingkat global yang menebar Islam rahmatan lil alamin, menebar Islam berkemajuan untuk memajukan peradaban kehidupan.” (*)
Liputan Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni