Urus Keluarga Syuhada
Kader-kader Nasyiah itu juga mengurusi anak-anak dari keluarga para syuhada lewat gerakan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO). Selain memberikan pelayanan secara fisik, mental masyarakat juga dibina oleh kader Nasyiah melalui penyuluhan agama dan pembinaan keluarga di tengah perang yang berkecamuk.
Dikatakan, menjadi korban kekerasan bukan hal yang mustahil bagi perempuan di tengah kacau-balaunya kondisi peperangan, sehingga kader Nasyiah mengupayakan menjaga kehormatan dan harga diri, baik kehormatan keluarga, agama, dan bangsa.
Salah satu pengalaman yang dikutip Mu’arif ialah pengalaman Bu Um, kader Nasyiah yang berjuang dalam peristiwa Agresi Militer Belanda I. Menjalankan tugas sesuai jobdesc bukan perkara mudah di masa itu, sebab perang mengharuskan seseorang fleksibel dan dinamis sesuai situasi dan kondisi.
”Maka, Bu Um dan kader Nasyiah lainnya saat itu pun belajar memegang senjata, sekurang-kurangnya menghindar dan bertahan hidup. Tidak mungkin berdiam diri menunggu dan mengandalkan pasukan laki-laki,” sambung Mu’arif.
Tema Milad 95 tahun Nasyiah Perempuan Tangguh Mencerahkan Indonesia adalah upaya reflektif kembali ke masa lampau, mengingat kembali perjuangan perempuan-perempuan yang dituntut tangguh menghadapi kondisi zaman yang berat dan penuh perjuangan itu.
Tak hanya berjuang di medan perang secara fisik, Mu’arif juga mengajak kader Nasyiah untuk menengok Siti Hayinah, tokoh yang sangat getol berjuang melalui pena.
Siti Hayinah dikenal sebagai sosok yang menggawangi terbitnya Majalah Isteri bersama beberapa nama lain. Siti Hayinah sudah cukup memiliki pengalaman mengelola majalah, sebab tiga tahun sebelumnya majalah Suara Aisyiyah sudah lebih dulu terbit. Salah satunya berkat tangan ajaib Siti Hayinah. (*)
Penulis Isnatul Chasanah Editor Sugeng Purwanto