Hijrah Masa Kini oleh Maftuhah Hamid, anggota Majelis MPK SDI PDM Lamongan, Pengajar MAM 2 Pondok Modern Paciran Lamongan
PWMU.CO – Hijrah berasal dari kata hajaru-yahjuru yang berarti memutuskan, meninggalkan, berpisah, menjauhkan dari, dan berpindah tempat.
Dalam catatan sejarah, Nabi-nabi terdahulu juga banyak yang hijrah untuk menegakkan dakwahnya. Nabi Yaqub yang berhijrah dari bumi Irak untuk menghindari kedengkian saudaranya.
Nabi Ibrahim hijrah dari Babil menuju Palestina. Kemudian hijrah lagi bersama istrinya, Hajar, ke Bakkah. Nabi Luth juga berhijrah ke negeri Syam, lalu menetap di kota Nabulus, di tepi pantai barat Yordania yang dahulu dikenal dengan sebutan kota Samirah.
Peristiwa hijrahnya para nabi itu menegaskan selama perjalanan dakwah bakal menemui tantangan di luar dugaan. Pertolongan Allah menjadikan para nabi makin beriman haqqul yaqin dan makrifat kepada Allah.
Dalam sejarah Islam, hijrah dimulai ketika Rasulullah Muhammad saw pindahdari Makkah ke Yatsrib pada Jumat, 13 Rabi’ul Awwal atau 24 September 622 Masehi.
Tujuannya menghindari penindasan kafir Mekkah dan membangun peradaban baru, peradaban Al-Madinah Al-Munawwarah, peradaban nan tercerahkan yang lahir dari ajaran Islam.
Hijrah Nabi membawa pengaruh selama lebih enam abad di pentas dunia, Islam menjadi peradaban maju yang mencerahkan peradaban global. Era itu disebut era pencerahan Islam, kejayaan Islam, dan abad keemasan Islam.
Di situlah pangkal tolak hijrah sebagai titik balik peradaban dari jahiliyah menuju peradaban utama yang mencerahkan dunia.
Demikian pula yang melatarbelakangi lahirnya gerakan Muhammadiyah. Pada masa KH Ahmad Dahlan, umat Islam masih memegang teguh pola pendidikan tradisional. Melihat fakta tersebut timbullah ide pembaharuan.
Pembaharuan pendidikan Kiai Dahlan mendapat tantangan dari masyarakat yang direspon dengan bijak. Sekarang pembaruan Kiai Dahlan diakui sebagai awal kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia.
Dua Aspek Hijrah
Hijrah masa kini bermakna perubahan yang menjadikan pribadi kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Misalnya, membiasakan untuk belajar puasa sunnah, merutinkan shalat malam, shalat tepat waktu, menghilangkan perilaku buruk dan lebih sabar.
Move on adalah konteks hijrah masa kini. Berbenah ke arah yang lebih baik. Ini sangat berhubungan dengan trend berhijrah yang sekarang sedang marak dilakukan para hijabers, sebutan untuk orang yang memulai untuk berhijab.
Hijrah dibedakan menjadi dua aspek. Pertama, hijrah makaniyah (مكانية) yang artinya berpindah atau meninggalkan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Kedua, hijrah ma’nawiyah (معنوية ) yaitu mengubah diri menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hijrah ma’nawiyah pun dibedakan menjadi empat. Pertama, yaitu hijrah i’tiqadiyah (hijrah keyakinan). Hijrah dengan cara meningkatkan keimanan, agar dapat meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela dan yang dilarang oleh Allah.
Kedua, arti hijrah fikriyah (hijrah pemikiran), adalah hijrah dengan mengkaji Ilmu agama lebih mendalam. Mulai dari mempelajari firman-firman Allah dalam al-Quran serta hadits-hadits Rasulullah. Tujuannya agar mengetahui tentang syariat Islam dengan benar sehingga dapat membedakan yang haq dan bathil.
Ketiga, hijrah syu’uriyyah (hijrah penampilan), adalah hijrah dengan berusaha mengubah penampilan diri menjadi lebih baik, seperti dalam mengenakan pakaian yang lebih syar’i, yang awalnya tidak berhijab kemudian berhijab dan menutup aurat.
Keempat, hijrah sulukiyyah (hijrah tingkah laku atau kepribadian). Hijrah ini maksudnya adalah berhijrah dengan mengubah kepribadian dan tingkah laku yang lebih baik.
Hijrah di Media Sosial
Di era peradaban yang semakin maju, media sosial adalah sarana efektif untuk melakukan dakwah-dakwah Islam, sebab orang-orang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama gadget mereka dibanding dengan datang ke majelis pengajian.
Media sosial sangat mendominasi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi kebutuhan primer, karena semua akses ada di dalamnya dalam berinteraksi di setiap saat tanpa batas ruang dan waktu.
Dewasa ini banyak sekali orang yang memutuskan untuk berhijrah. Tentu hal itu merupakan perubahan yang positif. Bukan sekadar mengikuti trend atau ingin mendapatkan pujian. Bukan untuk merasa benar atau tidak, tetapi alangkah baiknya berhijrah diniatkan untuk mencari ridho Allah.
Ketika sudah memutuskan berhijrah kita harus siap berubah secara lahir dan batin, bukan hijrah fisik atau penampilan saja, tetapi juga meluruskan hati dengan berusaha sekuat tenaga menjalani perintahkan dan menjauhi larangan Allah.
Bersikap baik dalam berhubungan sosial secara nyata maupun maya. Jangan melukai perasaan orang dengan perbuatan ataupun postingan di media sosial. Karena sekarang ini bukan saja lisan yang menjadi pedang untuk menusuk, namun dengan tulisan pun bisa menikam sasarannya.
Tidak ada salahnya untuk mendakwahkan agama Allah. Siapa pun bisa melakukan, malah kita dianjurkan untuk menyampaikan ajaran Islam walaupun hanya sedikit. Tetapi yang perlu ditekankan cara kita dalam berdakwah. Jangan sampai mendadak menjadi ahli agama dan menghakimi orang-orang yang belum berhijrah dengan kalimat menyakiti.
Itulah arti hijrah masa kini. Perjalanan hijrah Rasulullah sudah 1445 tahun. Tantangan di era digital sekarang mendakwahkan kebenaran di sela sebaran hoax.
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1445.
Editor Sugeng Purwanto