Ustadz Online dan Copy Paste Hijrah
Bagaimana ustadz-ustadz online ini kita sebut sebagai mikro ustadz selebritis, secara individual maupun kolektif? Bagaimana mereka memainkan peran yang penting di media sosial? Demikian pertanyaan pemantik lulusan University for Peace, Costa Rica, itu.
Copycat atau copy paste hijrah, kata Wahyudi, berkembang di Indonesia. “Artis-artis kemudian berhijrah, lalu muncul kelompok-kelompok hijrah yang lain dengan orientasi agama yang tidak terlalu jauh tapi punya kemiripan. Mereka punya target audiens anak mudanya sendiri,” terangnya.
Mengapa amplifikasi gerakan hijrah ini begitu kuat? Kata Wahyudi, algoritma otoritas agama sebagai referensi utama di media sosial adalah karena di Indonesia pertumbuhan penggunaan internetnya mulai tinggi. “Hampir 180 juta data terbaru itu mengatakan menggunakan internet. Belum lagi yang digunakan satu orang bisa 2-3 HP,” imbuhnya.
Kenapa orang tertarik terhadap kelompok-kelompok referensi Islam semacam ini? Kenapa anak muda tidak terlalu suka di Muhammadiyah dan NU?
Menurut Wahyudi, karena mengalami disparitas ekonomi. “Di satu sisi, ekonomi kita tumbuh dengan cukup baik tapi di sisi lain ini disparitas ekonominya antara yang kaya dan miskin itu semakin tinggi,” ungkapnya.
Di tengah itu, lanjut Wahyudi, mereka menciptakan apa yang disebut dengan ketidakpastian kondisi dalam pekerjaan dan lain sebagainya. “Dalam ketidakpastian ini mereka mencari Islam yang cocok buat mereka dan adanya kebanyakan di media sosial,” imbuhnya.
Baca sambungan di halaman 2: Kenapa Tak Lari ke Muhammadiyah dan NU