IPM Jangan Jadi Generasi Rea-reo; Kolom oleh Abdullah Sidiq Notonegoro Anggota Majelis Pustaka dan Informasi Digital, PW Muhammadiyah Jatim
PWMU.CO – Tepat tanggal 18 Juli, salah satu organisasi otonom (ortom) Persyarikatan Muhammadiyah, yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), sedang menghelat milad ke-62. Sebagai ortom Muhammadiyah, IPM otomatis merupakan organisasi kader Muhammadiyah yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjaga estafet gerakan persyarikatan. Bersama dengan ortom yang lainnya, IPM memiliki otoritas untuk menjadi “pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan dan amal usaha Muhammadiyah (AUM)”.
Sebagai organisasi pelajar, IPM harus mampu memberi warna pada sekolah-sekolah di bawah naungan Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Non Formal (Dikdasmen PNF) Muhammadiyah. Sebaliknya, pengelola amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan juga wajib memberikan ruang seluas-luasnya bagi tumbuh-kembangnya IPM.
Bagi para pimpina Majelis Dikdasmen maupun pengelola AUM bidang pendidikan, tidak boleh ada persepsi IPM sebagai ‘gulma’. IPM, Majelis Dikdasmen, dan AUM bidang pendidikan harus terajut simbiosis mutualisme.
Tidak dipungkiri dalam perjalanannya, gerakan IPM relatif fluktuatif. Hal ini mungkin senapas dengan jiwa pelajar yang secara umur masuk dalam kategori usia remaja dan pemuda awal. Kategori usia yang masih dalam proses pencarian jati diri.
Tentu proses pencarian jati diri kader IPM relatif lebih terarah daripada mereka yang tidak menjadi kader IPM. Terlebih lagi dengan kader dan pengurus IPM yang berada di tingkat ranting maupun cabang, yang tentunya masih sangat membutuhkan pendampingan intensif dari pimpinan Majelis Dikdasmen maupun pimpinan Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani.
Menjadi Pelajar Sejati
Disebut sebagai organisasi pelajar karena anggota IPM murni dari kalangan pelajar. Pelajar menurut Abudin Nata (1997) merupakan orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya. Maka, dapat ditegaskan kader IPM merupakan kumpulan remaja pemuda yang memiliki moral kuat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik.
Sebagai aktivis organisasi pelajar, kader IPM harus tampil sebagai teladan dan figur pencari ilmu yang gigih. Menjadi teladan dan panutan bahwa belajar dan berorganisasi merupakan keniscayaan yang tidak bisa dipisahkan, dan tidak ada alasan berorganisasi dapat mengganggu dalam mengejar prestasi atau sebaliknya. Dalam setiap gerak langkahnya, tindak tanduk kader IPM harus mencerminkan daya akademikus yang baik.
“Sebagai pelajar sejati, kader, dan aktivis IPM tentu mampu menunjukkan pikiran-pikiran kritis”
Pimpinan dan anggota IPM harus menjadi teladan dalam hal: pertama, religiusitas yang baik, yang menampak pada aspek keimanan, ketakwaan kepada Allah serta memiliki akhlak yang mulia.
Kedua, semangat belajar yang tinggi dan selalu berusaha untuk mendapatkan prestasi unggul. Organisasi bukan sebagai penghalang untuk menunjukkan prestasi personal. Justru sebaliknya, kader IPM harus menjadi teladan dan pemimpin pada gerakan ilmu.
Ketiga, memiliki jiwa yang humanis, sehingga mudah ringan kaki untuk beraktivitas dalam hal sosial-kemanusiaan.
Sebagai pelajar sejati, kader, dan aktivis IPM tentu mampu menunjukkan pikiran-pikiran kritis. Sebagaimana halnya dalam dunia akademis, seorang pelajar harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Berani mengakui kesalahan dan kelemahan dan menghormati nilai-nilai kebenaran walau dari orang atau kelompok yang (mungkin) tidak disenangi. Itulah jiwa-jiwa luhur bagi seorang pelajar. Seorang pelajar harus menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat manipulatif (munafik).
Baca sambungandi halaman 2: Pena Tajam