Pena Tajam
Aktivis IPM tidak patut menjadi generasi rea-reo—istilah Jawa Timuran yang berarti suatu kegiatan pengangguran yang tidak punya tujuan hidup. Setiap gerak langkah aktivis IPM harus memberikan makna dan manfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Simbol “pena” dan jargon “‘”fastabikul khairat” harus benar-benar membekas dalam hati, pikiran dan mewujud dalam tindakan. Makna “pena” secara substantif bahwa sesungguhnya seorang pelajar sejati harus mampu melahirkan karya-karya besar dari penanya. Pena bagi seorang pelajar sebenarnya setara dengan pacul bagi seorang petani, atau kuas bagi seorang pelukis.
Maka sangatlah naif bagi seseorang yang mengaku dirinya pelajar, apalagi mengaku sebagai kader aktivis IPM, tetapi tidak mampu melahirkan karya-karya dari pena yang dipegangnya. Sesungguhnya pena adalah alat kerja, bukan sebuah hiasan atau asesoris seorang pelajar.
“Jika pelajar merupakan status sosial, maka menjadi pembelajar merupakan sikap moralnya”
Fenomena pelajar menjauh dari pena dan buku bukanlah hal baru saat ini. Meski sebagian pihak menganggap sebagai hal yang wajar, namun sesungguhnya itu merupakan penyakit akut yang sangat membahayakan jiwa seorang pelajar. Sangat tragis jika seorang pelajar, apalagi kader IPM, kemudian kehilangan jiwa belajarnya.
Fenomena pelajar yang malas belajar, tawuran antarpelajar, dan sebagainya benar-benar telah terjadi di tataran grassroot dunia pelajar kita. Maka hal ini tentu menjadi tantangan dan sekaligus pekerjaan rumah bagi aktivis IPM untuk menyelamatkan sebagian pelajar yang tersesat arah tersebut.
Pe(mbe)lajar
Mungkin tidak hal yang lebih menarik dari dunia aktivis pelajar kecuali tetap memompa semangat untuk belajar. Menjadi pelajar yang pembelajar itu sungguh utama, sekaligus sungguh berat untuk melakukannya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang salah satunya ditandai dengan ditemukannya artificial intelligence (AI) tidak sekadar memberikan keuntungan bagi rasa penasaran dalam mencari jawaban, tetapi juga menjerumuskan sebagian pelajar kita pada sifat kecanduan yang cenderung malas berpikir.
Merayakan milad ke-62 IPM dengan mengusung tema “Merajut Karya, Berdaya Bersama” semoga secara spesifik merupakan karya yang lahir dari pena-pena tajam yang telah ditancapkan pada lembaran-lembaran kertas dan melalui tinta-tinta yang ditorehkan merajut kalimat demi kalimat yang mampu mengikat makna.
Jika pelajar merupakan status sosial, maka menjadi pembelajar merupakan sikap moralnya. Menjadi pelajar yang tidak pembelajar sama halnya membiarkan kemunafikan terus bercokol dalam diri. Semoga di usia yang ke-62 ini kehadiran IPM semakin memberi makna. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni