Langkah Hijrah
Tak menunggu lama, Umar bin Khatab bersegera menuju Darul Arqam, tempat Nabi SAW sedang bersama-sama sahabat-sahabatnya. Kedatangannya sempat disambut dengan sepenuh sikap waspada. Mereka khawatir Umar bin Khattab melakukan hal yang tidak diinginkan kepada Nabi Saw.
Sejurus, semua yang hadir lega sebab setelah berada di hadapan Nabi SAW, Umar bin Khattab mengucapkan syahadat. Alhamdulillah, Allahu Akbar! Semua bersyukur, semua merasakan kebesaran Allah–Tuhan yang Maha Pembolak-balik Hati.
Umar telah melakukan langkah besar. Ini perubahan hebat. Dia hijrah dari alam jahiliah ke alam penuh cahaya kebenaran, Islam. Dia hijrah dari yang buruk ke yang baik.
Islam menjadi lebih kuat dengan kehadiran Umar bin Khattab. Dia bersama Nabi Saw dan sahabat-sahabat yang lain istikamah mendakwahkan Islam.
Umar bin Khatab menjelma menjadi Sang Teladan. Dia teguh menjalankan semua syariat Allah. Dia laksanakan semua perintah Allah. Dia tinggalkan segenap larangan-Nya. Pada dia lalu melekat sebutan al-Faruq (tegas memisahkan yang haq dengan yang batil).
Setelah iman teguh di dirinya, sesudah hijrah dilakukannya dengan sepenuh penghayatan, kini tanpa ragu Umar bin Khattab berjihad. Dia berjihad, baik dalam arti khusus maupun umum.
Dalam artian khusus, di banyak kesempatan, Umar bin Khattab berjihad. Dia berperang membela dan menegakkan agama Allah. Lihat, Umar bin Khattab turut dalam banyak perang. Dia juga hadir dalam pembukaan banyak wilayah agar warganya bisa merasakan nikmatnya cahaya Islam.
Kemudian, dalam artian umum, Umar bin Khattab berjihad dengan cara melaksanakan secara sungguh-sungguh segenap amal shalih semata-mata untuk meraih ridha Allah. Perhatikan, saat Umar bin Khtatab menjadi Khalifah. Pernah, malam-malam dia bergegas menuju baitul mal (gudang perbendaharaan negara). Dia ambil sekarung gandum dan memikulnya menuju sebuah gubuk tua.
Untuk apa? Demi sebuah tanggung jawab, di kegelapan malam, Umar bin Khattab melangkah agar gandum itu segera dinikmati oleh seorang janda dan anak-anaknya yang sedang kelaparan.
Jangankan nasib manusia, kesejahteraan hewan pun Umar bin Khatab memikirkannya. Sebagai khalifah, Umar bin Khattab pernah berkata bahwa seandainya seekor keledai terperosok di Kota Baghdad, nicaya dia akan dimintai pertanggungjawaban mengapa sebagai pemimpin tidak membuat jalan yang baik.
Itulah Umar bin Khattab. Dia berjihad, dengan mengerjakan secara sungguh-sungguh semua apa yang telah menjadi amanah baginya.
Iman, Hijrah, dan Jihad
Sangat boleh jadi Umar bin Khattab telah mengamalkan ayat ini: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di Jalan Allah dengan harta-benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (at-Taubah [9]: 20).
Umar bin Khattab telah lengkap mengerjakan tiga hal (sebagai satu kesatuan), untuk syarat mendapat kemenangan. Ketiganya adalah iman, hijrah, dan jihad.
Alhasil, wahai para pembenci (dalam urusan apapun), seperti Umar bin Khattab jemputlah hidayah. Lalu, saat iman telah di dada, jangan biarkan pergi.
Selanjutnya, hijrahlah! Tinggalkan semua bentuk keburukan. Tanggalkan segenap manifestasi kebencian semisal suka menebar fitnah atau senang menyulut provokasi.
Paling akhir, berjihadlah! Secara bersungguh-sungguh, lakukan berbagai perubahan positif untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Iya, bersama, tanpa pandang bulu! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni