PWMU.CO – Salah satu sunnah dalam bulan Ramadhan adalah mendirikan qiyamu Ramadhan, yang lebih dikenal dengan shalat tarawih. Yaitu 8 rakaat tarawih ditambah 3 shalat witir. Masing-masing dilakukan tanpa tasyahud awal, sehingga formasinya adalah 4 rakaat- 4 rakaat- 3 rakaat. Bisa juga dengan formasi 2-2-2-2-3 atau 2-2-2-2-2-1.
Sebelum melaksanakan shalat tarawih, sebagaimana tertuang dalam berbagai hadits Nabi Muhammad saw, disunnahkan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat ringan, atau shalat Iftitah. Berbeda dengan shalat lazimnya, shalat iftitah punya beberapa kekhususan.
(Baca juga: Dalil dan Keutamaan Shalat Tarawih Formasi 4-4-3)
Diantara beberapa dalil yang berkaitan dengan shalat iftitah adalah sebagai berikut. Pertama, hadits riwayat Muslim yang diriwayatkan dari Aisyah ra:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَصَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila akan melaksanakan salat lail, beliau memulai (membuka) salatnya dengan (salat) dua rakaat yang ringan-ringan. (HR Muslim)
Hadits yang kedua adalah riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah ra:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَامَأَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda: Apabila salah saeorang dari kamu akan melakukan salat lail, hendaklah memulai salatnya dengan dua rakaat yang ringan-ringan. (HR Muslim)
(Baca juga: Mengapa Banyak yang Tak Amalkan Shalat Iftitah dalam Tarawih?)
Hadits yang ketiga adalah riwayat Imam Abu Daud:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلاَلٍ عَنْ مَخْرَمَةَ بْنِ سُلَيْمَانَ أَنَّ كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ قَالَ بِتُّ عِنْدَهُ لَيْلَةً وَهُوَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ فَنَامَ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ أَوْ نِصْفُهُ اسْتَيْقَظَ فَقَامَ إِلَى شَنٍّ فِيهِ مَاءٌ فَتَوَضَّأَ وَتَوَضَّأْتُ مَعَهُ ثُمَّ قَامَ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَلَى يَمِينِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي كَأَنَّهُ يَمَسُّ أُذُنِي كَأَنَّهُ يُوقِظُنِي فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَدْ قَرَأَ فِيهِمَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى حَتَّى صَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ ثُمَّ نَامَ فَأَتَاهُ بِلاَلٌ فَقَالَ الصَّلاَةُ يَا رَسُولَ اللهِ فَقَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى لِلنَّاسِ
Artinya: Abdul Malik bin Syu’aib bin al-Lais telah menceritakan kepada kami, ayahku telah menceritakan kepadaku, diriwayatkan dari kakekku,diriwayatkan dari Khalid bin Yazid, diriwayatkan dari Sa’id bin Abi, diriwayatkan dari Makhramah bin Sulaiman sungguh Kuraib hamba ibnu Abbas ia menceritakan bahwa dirinya berkata: Saya bertanya kepada Ibnu Abbas, bagaimana salat Rasulullah saw pada malam hari dimana saya bermalan di tempatnya sedang beliau (Rasulullah) berada di tempat Maimunah, maka beliaupun tidur, apabila waktu telah memasuki sepertiga malam atau setengahnya beliau bangun dan menuju ke griba (wadah air dari kulit)kemudian beliau berwudlu dan aku pun berwudlu bersama beliau, lalu beliau berdiri (untuk melakukan salat) dan aku pun berdiri di sebelah kirinya, maka beliau menjadikan aku berada di sebelah kanannya, kemudian beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku, seolah-olah beliau memegang telingaku, seolah-olah beliau membangunkanku, kemudian beliau salat dua rakaat ringan-ringan, beliau membaca ummul-Qur’an pada setiap rakaat, kemudian beliau mengucapkan salam sampai beliau salat sebelas rakaat dengan witirnya, kemudian beliau tidur. Maka sahabat Bilal menghampirinya sambil berseru; waktu salat wahai Rasulullah, lalu beliau bangkit (bangun dari tidurnya) dan salat dua rakaat, kemudian memimpin salat orang banyak. (HR Abu Dawud)
(Baca juga: Redaksi Takbiran: Allahu Akbar 2 atau 3 Kali?)
Dari beberapa hadits itu, terdapat beberapa kesimpulan tentang pelaksanaan shalat iftitah:
1. Salat iftitah dua rakaat dilakukan sebelum melaksanakan qiyamu lail atau qiyamu Ramadhan
2. Cara melakukan salat iftitah dua rakaat tersebut yaitu pada rakaat pertama setelah takbiratul-ihram membaca doa iftitah pendek, yaitu: “Subhanallah dzil malakuuti wal jabaruti wal kibriya-i wal ‘adzamah”,
3. Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat al-Fatihah, dilanjutkan dengan rukun shalat lainnya, yaitu rukuk tanpa membaca ayat atau surat lainnya. Setelah rukuk, dilanjutkan dengan i’tidal, sujud, duduk di antara 2 sujud, sujud, dan kembali berdiri memasuki rakaat kedua. Bacaan dalam setiap gerakan shalat tersebut tidak beda dengan shalat fardlu maupun sunnah lainnya.
(Baca juga: Tuntunan Praktis Ber-Idul Fitri)
4. Adapun dalam rakaat kedua , hanya membaca surat al-Fatihah sebagaimana rakaat pertama tanpa tambahan membaca surat ataupun ayat al-Quran. Sehingga dalam 2 rakaat salat iftitah hanya membaca al-Fatihah tanpa membaca surat/ayat lainnya.
5. Bagaimana cara membaca alfatihah dalam shalat iftitah: jahr (suara keras) atau sir (pelan)? Jika merujuk pada hadits yang ketiga riwayat Imam Abu Daud, yang bisa mendengar apa yang dibaca oleh Nabi Muhammad saat shalat iftitah, maka bacaan tersebut dilakukan dengan jahr.
6. Dilaksanakan sendiri atau secara berjamaah. Lagi-lagi merujuk pada hadits yang ketiga riwayat Imam Abu Daud, ia menunjukkan kebolehan shalat ini dilakukan secara berjamaah.
***
Tulisan ini disarikan dari Buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Buku Tanya Jawab Agama (Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah) jilid 1, 3, 4, dan 5, serta “Tuntunan Ibadah Pada Bulan Ramadhan” (Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
Wallahu aa’lam bi al-shawab. (kholid)