PWMU.CO – Al Ishlah terus berbenah agar menjadi lembaga sebesar Gontor maka dirumuskanlah enam kekuatan. Hal itu disampaikan Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Al Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur, Drs KH Muhammad Dawam Sholeh.
Kiai Dawam menjelaskannya pada sambutan mukadimah dan pengarahan saat rapat perdana guru MA Al Ishlah untuk mengawali tahun pelajaran 2023-2024 di Gedung Pertemuan Guru lantai 2, Rabu, (19/7/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Dawam mengungkapkan sesuai hasil pengamatannya bahwa ada enam esensi keberhasilan Gontor yang ingin Al Ishlah tiru. Maka enam esensi tersebut semestinya dapat selalu dijalankan.
“Sebagaimana beritanya pernah ditulis oleh Ustadz Gondo Waloyo MA di PWMU.CO,” tutur anggota Badan Wakaf Ponpes Gontor ini.
Acara yang digelar pada libur Tahun Baru Islam 1445 hijriah ini diikuti 98 guru MA Al Ishlah. Ada 4 agenda utama yang dibahas yakni koordinasi keguruan, sinkronisasi mata pelajaran, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan jadwal kegiatan semester ganjil tahun pelajaran 2023-2024.
Sementara itu, dalam acara inti musyawarah, Kepala MA Al Ishlah Drs KH Agus Salim Syukuran MPdi juga mengungkapkan enam kekuatan sebuah lembaga.
“Konsep enam kekuatan lembaga ini saya susun dari pemikiran saya sendiri, bahwa anasir pokok itu sangat penting untuk keberlangsungan lembaga,” ujar Salim yang kini masuk Anggota 11 Pimpinan Cabang Muhammadiyah Paciran 2022-2027 ini.
Enam Kekuatan Sebuah Lembaga
Menurutnya, enam kekuatan tersebut antara lain, pertama cita-cita besar yang meliputi visi misi dan gagasan.
“Kedua adalah nilai yang menjiwai gerakan kita. Nilai ini meliputi ikhlas, sungguh-sungguh, kerja keras, mandiri, pengorbanan, dan kepedulian,” tandasnya.
Sementara yang ketiga adalah aksi (untuk mewujudkan cita-cita dan nilai-nilai tersebut, serta yang keempat adalah adanya sumber daya (yang melaksanakan aksi).
“Kelima adalah organisasi (untuk efektifitas aksi) dan keenam adalah sarana (yang menunjang terlaksananya kegiatan),” ucapnya.
Acara diakhiri dengan pembahasan MGMP dari masing-masing mata pelajaran (mapel) yang diajarkan di MA Al Ishlah. Hasil rapat MGMP ini dilaporkan ke Waka Kurikulum MA Al Ishlah Muhammad Arromuharmuzi MPdI guna ditindaklanjuti dan difasilitasi oleh madrasah.
“MGMP di MA Al Ishlah sangat diperlukan, mengingat jumlah siswa yang hampir 1000 ini diajar oleh beberapa guru dalam satu mapel. Sehingga diperlukan koordinasi dan persamaan persepsi serta saling memberi masukan,” jelas Ustadz Muzi, yang juga anggota Dewan Pengurus Pondok Al Ishlah (DPPI) ini. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Nely Izzatul