PWMU.CO – Kisah dua orang sufi diceritakan dalam rapat kerja Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kediri 2022-2027 bertempat di Gedung KH Ahmad Dahlan MIM 1 Pare, Ahad (23/7/2023).
Raker dihadiri personalia dari 23 majelis dan lembaga. Juga hadir sebagai pembicara Rektor UMM Prof Dr Fauzan.
Ketua PDM Kabupaten Kediri Ikhwan Nurhadi MPd mengatakan,”Saya akan mengutip sebuah kisah di kitab Uyulul Hikam karya Ibnu Jauziah. Dalam kitab itu bercerita, kisah dua orang sufi, namanya Ibrahim bin Adam dan Shafiq Al- Balqi. Dua orang ulama sufi ini bertemu di Makkah dan berdiskusi,” katanya.
Singkat cerita Ibrahim bin Adam bertanya kepada Syafiq al-Balqi,”Wahai Syekh Syafiq al-Balqi, tolong ceritakan kisah spiritual.”
Syafiq Al Balqi pun bercerita. Kisah spiritual berawal ketika perjalanan menuju Makkah. Pada suatu hari terik matahari panas kemudian dia berteduh. Ketika berteduh itulah ada seekor burung jatuh. Dilihatnya ternyata burung itu satu sayapnya patah, sehingga tidak bisa terbang.
Kemudian Syafiq al-Balqi berpikir,”Wah kalau begini burung ini terancam mati, dari mana burung ini bisa makan, karena sudah tidak bisa terbang.”
Selang beberapa menit kemudian datanglah seekor burung yang membawa makanan. Disuapilah burung yang tidak bisa terbang tadi. Melihat peristiwa itu Syafiq al-Balqi menyimpulkan, kalau begitu rezeki itu datang kepada makhluk Allah tanpa harus terbang.
Pada saat itulah Syafiq al-Balqi malas bekerja. Dia punya keyakinan rezeki Allah pasti datang kepada setiap makhluknya walaupun diam saja.
Melihat perubahan perilaku temannya itu, Ibrahim bin Adam bertanya,”Wahai Syekh Syafiq al-Balqi, dari peristiwa burung yang patah sayapnya tadi, dan akhirnya tidak bisa terbang namun tetap mendapatkan rezeki tanpa harus bergerak, dan anda mengakui itu sebagai pelajaran,” katanya.
”Kamu itu mengambil pelajaran yang salah, kenapa mengambil pelajaran dari burung yang sakit, kenapa tidak mengambil pelajaran dari burung yang sehat saja? Burung yang sehat tidak meminta-minta, tetapi justru memberi,” sambung Ibrahim bin Adam.
Maka dengan seketika Syafiq al-Balqi mencium tangan Ibrahim bin Adam. ”Kalau begitu anda benar- benar menjadi guru saya, karena belum terbayang dalam benak anganku sedikitpun untuk mengambil pelajaran dari kisah burung yang sehat tadi,” ujarnya.
Dari kisah dua orang sufi dan burung tadi Ikhwan Nurhadi mengatakan,”Memberi itu jauh lebih baik dari pada menerima. Maka Muhammadiyah mempunyai jargon, memberi , memberi, dan memberi.” Hadirin bertepuk tangan riuh.
Lantas dia mengatakan, meskipun Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang besar menjanjikan memberi bantuan dan peduli kepada kita bukan berarti PDM Kabupaten Kediri seperti burung yang patah sayap tadi.
Hadirin terbahak dan tepuk tangan mendengarnya.
”Tapi kita tidak seperti itu, namanya peduli itu tidak harus berbentuk fisik, ada Majelis Kesehatan, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, ada Majelis Pustaka dan Informasi Digital, itu semua adalah bentuk dari kisah burung yang sehat tadi,” tandasnya.
”Kenapa harus Rakerpim? Jawabannya adalah harapan lima tahun ke depan, semua majelis yang ada di PDM Kab Kediri menjadi burung burung yang sehat tadi,” tuturnya disambut tepuk tangan meriah.
Dia berpesan, dalam raker ini 23 majelis, lembaga buatlah satu dua program kerja yang bisa dilaksanakan. ”Dari 23 majelis dan lembaga kalau serius dilaksanakan selama lima tahun sudah tidak akan berhenti program kerja itu. Yang terpenting adalah istqamah. Gak usah setinggi langit,” ujarnya.
” Jadilah burung- burung yang sehat di mana pun kita berada, jangan jadi burung yang sakit. Karena Muhammadiyah tidak pernah mengajarkan seperti itu,” tandasnya.
Penulis Dahlansae Editor Sugeng Purwanto