Olah 22 Ton Daging Murni
Menurut Aditio Yudono, Ketua Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Lazismu Jatim, total daging sapi murni nonjeroan, yang dikirim ke pabrik untuk proses pengemasan dalam kaleng sebanyak 22 ton. Dengan rincian 18,5 ton diolah dalam bentuk kemasan kaleng. Sisa 3,5 ton untuk diolah jadi pentol bakso.
“Dari 18,5 ton daging diproses jadi kemasan kaleng ukuran 200 gram untuk Rendangmu sebanyak 89 ribu kaleng dan Kornetmu sebanyak 6 ribu kaleng. Sisa 3,5 ton daging diolah jadi 438 ribu pentol bakso ukuran sedang,” rinci Adit.
Menurut dia, mengolah dan mengemas daging kurban sebanyak 22 ton menjadi ukuran kaleng 200 gram tentu memerlukan waktu cukup lama.
“Proses packing kaleng butuh waktu sekitar dua pekan. Lalu butuh waktu sepekan lagi untuk melabeli 95 ribu kaleng kecil. Terakhir butuh waktu sepekan juga untuk masa inkubasi, agar daging dalam kaleng bisa bertahan hingga setahun lebih,” jelas Adit.
Diserbar sampai ke Daerah 3T
Setelah semuanya siap, maka pendistribusian daging kurban kemasan dimulai. Dua unit mobil Lazismu yang membawa 10 ribu kaleng langsung di distribusikan ke kantor PWA Jatim, Taman Sepanjang Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik, Selasa (25/7/2023)/
“Selain pendistribusian keliling oleh dua mobil Lazismu. Di kantor PWM ini juga kami serahkan Rendangmu dan Kornetmu untuk perwakilan Lazismu daerah yang kami undang, yakni dari Surabaya, Sidoarjo, GKB, Pasuruan, Bangkalan, dan Kediri,” kata Adit.
Distribusi 95 ribu kaleng olahan daging kurban, Rendangmu dan Kornetmu, ditarget bisa tuntas selama satu bulan. Diharapkan bisa terdistribusikan ke seluruh pelosok Jawa Timur, ke luar Jawa, ke daerah 3T (terluar, terpencil, dan terisolir) hingga ke daerah-daerah bencana.
Kepada seluruh personel Lazismu Jatim, Imam Hambali berpesan agar amanah program daging kurban untuk ketahanan pangan bisa tuntas dilaksanakan dengan baik.
“Dari Lazismu wilayah berpesan mari kita laksanakan amanah ini dengan sebaik-baiknya, kita antarkan produk ini kepada yang berhak menerimanya, baik para pengorban, fakir miskin, dan daerah kebencanaan,” kata Hambali. (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohamamd Nurfatoni