Terlunta-lunta di Bandara
Sebagai operator teknis di lapangan, Kwarda Sidoarjo juga mengerahkan para relawan. Tugasnya adalah mendampingi sopir, berkoordinasi dengan panitia transit di Malang, dan mengenali peserta yang datang.
“Jadwal kedatangan peserta beda-beda, bahkan kadang satu sama lain berjauhan. Jadi kami harus sabar menunggu,” tambah Ramanda Minyak.
Terkadang juga terjadi delay, sehingga harus menunggu lama di bandara. Tiap-tiap Kwarda yang datang dikumpulkan dalam jadwal yang berdekatan. “Alhamdulillah peserta sabar-sabar, mereka siap menunggu sambil ngopi-ngopi,” lanjutnya.
Yang paling merasakan dampak sebenarnya para sopir dan relawan. Mereka harus rela pulang pukul hingga pukul dua dini hari, bahkan terlunta-lunta di bandara. “Gara-gara delay kadang baru tiba pukul sembilan malam. Kami antar ke Malang, istirahat sebentar baru balik ke Sidoarjo. Praktis kadang pukul dua pagi baru sampai di rumah,” kisah Ramanda Minyak. (*)
Penulis Moh. Ernam Editor Mohammad Nurfatoni