Muktamar Bukan Ajang Nostalgia
“Pesan kedua, saya mengajak pada semua Pandu HW untuk lebih percaya diri, lebih tampil sebagai generasi muda yang mentes, berkualitas, yang unggul memiliki kekuatan dan kelebihan, karena merekalah generasi yang menentukan arah perjalanan bangsa di masa yang akan mendatang,” katanya.
Karena itu, lanjutnya, berbagai hal yang menjadi kendala bagi pengembangan Pandu HW marilah kita jawab dengan prestasi, marilah kita jawab dengan langkah penuh optimisme.
“Sebab, masih ada kebimbangan, masih ada pihak di internal Muhammadiyah yang belum pede (percaya diri) dan belum ikhlas untuk menjadikan HW sebagai satunya kepanduan di lingkungan perserikatan Muhammadiyah,” katanya.
Prof Mu’k’ti juga mengajak semua Pandu HW agar jangan takut dan jangan khawatir. “Teruskan melangkah dengan keunggulan dan prestasi dengan manfaat yang bisa dirasakan oleh semua kalangan,” pesannya.
Pesan terakhir, atau ketiga. Demi memperkuat yang disampaikan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Rektor UMM Fauzan, dan Ketua Kwartir Pusat HW Endra Widyarsono, agar forum muktamar ini bukan semata-mata forum nostalgia.
“Muktamar Ke-4 HW di Dome UMM bukanlah forum romantisme, tetapi jadikan forum tempat kita secara kelembagaan, secara perencanaan yang matang berusaha agar menjadi pandu yang militan,” pesannya.
Menurutnya semangat HW di masa lalu yang ditujukan kehebatan tokoh Jenderal Soedirman sebagai Pandu HW dan TNI yang telah menjadi bapak bangsa, harus diteladani spirit dan kepribadiannya.
“Beliau sebagai seorang Mukmin, seorang patriot dan cintanya pada agama membuktikan cintanya pada negara. Karena itu tidak ada persoalan antara agama dan negara. Karena dalam jiwa pandu HW cinta pada Islam diterjemahkan dalam rangkah cinta pada tanah air dan memajukan bangsa,” jelasnya. (*)
Penulis Muhammad Syafudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni