PWMU CO – HW Bojonegoro punya cerita dramatis ketika menempuh perjalanan dari Bojonegoro ke Malang via kereta api, Selasa (25/7/2023).
Kontingen Kwarda Bojonegoro merupakan kontingen tergemuk dalam partisipasinya mengikuti Perkemahan Akbar dalam Muktamar ke-4 Hizbul Wathan (HW) di UMM ini.
Rombongan kontingen Bojonegoro di Muktamar ke-4 HW ini berjumlah total ada 347 personel. Sebanyak 183 orang naik kereta api, 103 naik bus, dan 60 anggota rombongan drumband menyusul Rabu malam (26/7/2023) naik bus sendiri.
Rute kereta api yang harus ditempuh, dari Bojonegoro ke Malang melalui Stasiun Sumberrejo -Pasar Turi-Gubeng-Kota Lama Malang.
Ramanda Drs Sa’dullah (73 tahun), salah satu Pimpinan Kwarda HW Bojonegoro yang ikut rombongan kereta api. Dia menuturkan, maunya ingin nyaman dan pasti waktunya, maka pilih kereta api.
”Ternyata tak sesuai harapan. Sempat telantar dua jam di Stasiun Pasar Turi menunggu kereta api ke Malang. Karena sepur harus menyesuaikan jadwal keberangkatan, tidak bisa asal berangkat,” jelas pria yang pernah mengajar di STIT Muhammadiyah Bojonegoro tahun 1994.
”Tidak ada yang disesali, semua sudah terjadi, semoga ini jadi bunga cerita di Muktamar ke-4 HW ini,” ujarnya sambil senyum.
Muhammad Faqih SAg, salah satu pembina damping kontingen Kwarda Bojonegoro, merasa kagum dengan semangat para ramanda sepuh yang masih gigih menyemarakkan muktamar ini.
”Keberadaan para sepuh ini membuat iri kawula muda, dengan keterbatasan fisik mereka tetap kukuh manjadi bagian pandu HW, ini mesti ditiru,” kata pria asal Sumberrejo ini.
Ramanda manula dari HW Bojonegoro itu adalah Suyuti SAg MAg, Drs Sa’dullah, Mat Muin SPd, Yusman SPd. Usia mereka telah melampaui kepala 6 ke atas.
”Ghirah manula asal Bojonegoro ini patut diteladani, dan bisa diacungi jempol, muktamirinnya dan pemain drumbandnya,” komentar Sholahuddin, pembina damping kontingen Lamongan asal Suban Sendangagung ini.
Penulis Gondo Waloyo Editor Sugeng Purwanto