PWMU.CO – Muhammadiyah kuat karena berserikat, demikan yang disampaikan Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Prof Dr Zainuddin Maliki.
Hal tersebut disampaikan Zainuddin Maliki dalam kegiatan Pengimbasan Kurikulum Merdeka oleh Forum Silaturrahmi dan Komunikasi Kepala Sekolah Muhammadiyah (Foskam) Ujungpangkah, Gresik, Jumat (21/7/23).
Kegiatan yang berlokasi di Wisata Alam Gosari (Wagos), itu diikuti oleh guru dan karyawan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah 1 – 6 se Kecamatan Ujungpangkah oleh Tim SD Muhammadiyah GKB 1 (Mugeb) Gresik.
Dalam sambutannya, Zainuddin mengatakan bahwa Muhammadiyah bisa kuat karena berserikat. “Kalau sedang mengurusi pendidikan, kesehatan dan lain- lain, Muhammadiyah itu selalu berserikat. Berserikat adalah berada di satu wadah, punya tujuan yang sama, dan melakukan dengan cara yang sama,” jelasnya.
Mochammad Nor Qomari SSi, Kepala SD Mugeb sekaligus ketua Foskam SD-MI Kabupaten Gresik, berpesan agar pendidikan di Muhammadiyah Ujungpangkah bisa beradaptasi dengan kurikulum yang seringkali ganti.
“Jangan sampai MI Muhammadiyah Ujungpangkah ini tidak bisa beradaptasi menyerap kurikulum yang ganti. Pendidikan di Muhammadiyah ini harus terus ada, caranya hanya satu, yakni guru-guru di Muhammadiyah harus belajar,” paparnya.
Perbedaan dengan Kurikulum Sebelumnya
Rizka Navilah Safitri SPd, waka bidang Pengembangan Pendidikan SD Mugeb menjelaskan bahwa hal mendasar yang membedakan kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya, adalah adanya kegiatan proyek yang tertera di jadwal pembelajaran. Hal itu, kata dia, harus disosialisasikan kepada wali siswa agar ketika berlangsungnya kegiatan proyek, akan mendapat dukungan penuh dari orang tua.
“Pelaksanaan kurikulum merdeka di SD dan MI kurang lebih sama, yang membedakan adalah di proyek MI ada dimensi rahmatan lil ‘alamin. Enam dimensi Profil Pelajar Pancasila harus dihafalkan oleh para pengajar karena hal itu yang menjadi visi misi pendidikan yang sedang kita laksanakan saat ini,” jelasnya.
Enam dimensi Profil Pelajar Pancasila tersebut antara lain berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.
“Konteks yang berubah di kurikulum merdeka adalah kalau dulu di kurikulum K-13 hanya ada intrakurikuler dan ekstra kurikuler, sekarang ada penambahan ko-kurikuler yang dalam kurikulum merdeka dikenal dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila,” tuturnya.
Dalam penjelasannya, Ustadzah Riska menekankan, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila berdiri sendiri, tidak berkaitan dengan materi kegiatan intrakurikuler, jadi tidak perlu bingung mengaitkan antara pelajaran satu dengan yang lainnya, tidak seperti tematik yang ada di kurikulum K-13 yang telah kita laksanakan.
“Pada pelaksanaan proyek ini, satuan pendidikan bisa melibatkan masyarakat sekitar, dinas setempat, dunia kerja, ataupun orangtua untuk penyelenggaraannya,” imbuhnya.
Tema-tema proyek pendidikan dasar dan menengah ada beberapa pilihan, yaitu Kearifan Lokal, Rekayasa dan Teknologi, Kewirausahaan, Bhinneka Tunggal Ika, Gaya Hidup Berkelanjutan dan Bangun Jiwa dan Raga. (*)
Penulis Indah Purnama Sari. Editor Darul Setiawan.