PWMU.CO – Terungkap nostalgia Din Syamsuddin dengan Muhammadiyah Surabaya di kajian penutup Rapat Kerja (Raker) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya yang digelar di Balai Pengembangan SDM Provinsi Jawa Timur.
Awalnya Prof Dr M Din Syamsuddin MA menceritakan kagum terhadap dinamisnya Muhammadiyah Kota Surabaya sejak ia remaja. Saat itu Prof Din masih di Sumbawa, bersamaan dengan masa pendidikan di Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo pada 1970-an.
“Saya ingat betul, saat itu paman dan bibi saya pada sibuk mau menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Surabaya (1978). Kebetulan saat itu ada Tokoh Muhammadiyah Surabaya asal Sumbawa Latif Malik. Beliau famili jauh saya,” ungkapnya, Ahad (23/7/2023).
Ketua Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) itu yakin, Muhammadiyah Surabaya termasuk salah satu daerah yang aktif di Jawa Timur dan Indonesia. Dia bersyukur dan ikut berbangga dengan kemajuan dakwah perserikatan Muhammadiyah di Kota Pahlawan ini.
Dalam dinamika Muhammadiyah di Surabaya, menurutnya, bisa belajar esensi nilai tanwir dan bonek. “Dalam kajian kali ini saya sengaja cerita-cerita ringan untuk menunjukkan berbagai fakta dan dinamika dalam dakwah perserikatan. Itulah yang harus terjadi dan menjelma, karena kita sudah mengklaim bahwa dakwah Muhammadiyah sebagai dakwah pencerahan,” terang Prof Din.
Menurut Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2014-2015 ini, ad-dakwah at-tanwiriah sesuai dengan wawasan Muhammadiyah. Bahkan tanwir ini nyaris menjadi trade mark Muhammadiyah. Tanwir adalah sidang permusyawaratan tertinggi kedua di Muhammadiyah setelah muktamar.
Prof Din lantas mengenang pernah ikut sidang tanwir Muhammadiyah tahun 1990 di Surabaya. “Sidang tanwir merupakan sidang yang menentukan di Muhammadiyah. Semua keputusan strategis sudah selesai di sidang tanwir. Termasuk calon tetap anggota Pimpinan Pusat dibahas dan disepakati di sidang tanwir, 39 itu. Untuk masuk 39 itu kawan-kawan merasa gak mudah,” jelasnya.
Maka, lanjut Prof Din, Tanwir ini dirumuskan menjadi ciri khas dakwah Muhammadiyah. “Kita sebut dan kita klaim dakwah Muhammadiyah sebagai Dakwah Tanwiriah atau Dakwah Pencerahan,” tegasnya.
Baca sambungan din halaman 2: Tiga Dimensi Pencerahan