Tiga Dimensi Pencerahan
Selanjutnya, Prof Din menerangkan, pada Muktamar Yogya 2010 telah merumuskan pencerahan atau tanwir yang mengandung tiga dimensi. “Tiga tahapan itu harus bisa dilakukan,” tegasnya.
Pertama, pembebasan. Yakni membebaskan manusia dan masyarakat dari belenggu-belenggu kemanusiaan dan keyakinan keagamaan akidah yang menyimpang—masih bergumul dengan tahayul, bid’ah dan khurafat—untuk dikembalikan kepada tauhid. “Dari belenggu kebodohan dibebaskan dengan pemberian pendidikan!” ungkapnya.
Kedua, pemberdayaan. Yakni layanan Muhammadiyah berupa pendidikan, kesehatan, sosial, dan pengembangan ekonomi. Ketiga, pemajuan. Artinya sudah berdaya kemudian harus dimajukan.
Prof Din belum tahu pasti, apakah pendekatan dakwah tanwiriah sudah diterapkan secara maksimal. Dia memberi contoh penerapan pada tingkat pembebasan. “Di sekitar kita banyak umat Islam terjebak dalam situasi menyimpang dari Islam. Itu harus kita bebaskan! Termasuk dakwah di Krembangan Surabaya itu diawali dari semangat pembebasan,” terangnya.
Dia lantas mengenang, “Saya mendapat cerita dari mas Arief, ada seorang muncikari perempuan meninggal. Ibu-ibu Aisyiyah yang menyelenggarakan fardu kifaya-nya: memandikan, mengafani, sampai pemakaman.”
Katanya, para muncikari di sana terketuk hatinya. “Wah, selama ini tidak ada yang memperhatikan kita. Kita tersesat, tidak ada yang membebaskan kita. Datanglah Muhammadiyah,” ujar Prof Din menirukan ucapan muncikari.
Kemudian Prof Din lanjut mengenang, kala itu anak-anak PSK juga dibebaskan, diberi pendidikan, sehingga SD Muhammadiyah di situ cukup maju. “Setelah dibebaskan, what next? Ya harus diberdayakan!” tegasnya.
Dia juga masih ingat, untuk membuka satu warung di sana butuh dana Rp 5 juta. “Saya baca WA-nya. Ini Muhammadiyah Cabang Krembangan butuh dana untuk membubarkan sebuah kompleks pelacuran prostitusi. Kita butuhkan hanya Rp 5 juta,” ungkapnya membuat haru seluruh hadirin.
Prof Din akhirnya menyimpulkan, “Dakwah itu sesungguhnya melayani atau khidmat. Seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, sosial, panti asuhan. Inilah dakwah pencerahan Muhammadiyah yang saya lihat di Kota Surabaya bisa menjadi rujukan dan role model bagi Muhammadiyah.” (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni/SN