PWMU.CO – Din Syamsuddin: Muhammadiyah perlu pemimpin bonek. Di tengah kajiannya pada Rapat Kerja (Raker) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya, Prof Din mengajak seluruh hadirin membaca bersama-sama tulisan yang terpajang di atas pintu Balai Pengembangan SDM Provinsi Jawa Timur.
Di sana tertulis: “Perencanaan program adalah setengah dari kesuksesan, maka mantapkan niat untuk melaksanakan seperdua yang kedua agar hidup kita damai di dunia dan di akhirat.”
Prof Din membenarkan tulisan itu. “Saya meyakini apa yang dibicarakan (di Raker) adalah seperdua. Hal ini baru kita mulai tahun 2005 ketika saya jadi ketua umum. Kita tempuh sebuah pendekatan strategic planning (perencanaan strategis),” katanya, Ahad (23/7/2023).
Sebab sebelumnya, menurut Prof Din, muktamar demi muktamar merupakan kumpulan harapan dan keinginan. Maka pada 2005 PP Muhammadiyah mengundang seorang pakar Filipina utk membantu perencanaan strategis Muhammadiyah. Memang di Dunia Islam ada seorang pakar, Ziauddin Sardar, yg sering diundang oleh pemerintah negara-negara Islam utk membuat perencanaan strategis nasional. Sejak itulah PP Muhammadiyah berorientasi pada perencanaan strategis dalam menentukan arah organisasj dan pelaksanaan program.
Di periode Soeharto, lanjutnya, ada pembangunan jangka panjang (PJP) per 25 tahun, dijabarkan per 5 tahun melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), dijabarkan tahunan dalam RAPBN,” jelas Ketua Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) itu.
Dari pengalamannya menjadi anggota DPR, wakil sekretaris fraksi, Prof Din menyadari rencana itu penting. “Pembuatan rencana sudah kita mulai. Seperti di GBHN per kata diperhatikan betul, karena per kata punya konsekuensi dan implikasi anggaran, makanya bahasa GBHN itu singkat-singkat,” kenangnya.
Baca sambungan di halaman 2: Pemimpin Gila Ide dan Kerja