PWMU.CO – Pentingnya tumakninah dalam menulis menjadi kalimat motivasi dari pembicara Iqbal Aji Daryono di Pelatihan Menulis MPID di Gedung PWM Jatim, Sabtu (29/7/2023).
Pelatihan menulis diikuti oleh guru Muhammadiyah dan pimpinan majelis, lembaga, dan organisasi otonom (ortom) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
Iqbal asal Bantul itu memberikan materi pada sesi kedua pukul 13.00-15.30. Judul materinya Kepenulisan Modern.
Penulis buku berjudul Dilarang Mengutuk Hujan ini mengawali penyampaian materinya dengan menampilkan beberapa tulisannya yang sering dimuat pada Detik.com.
Lalu ia memberikan waktu kepada peserta pelatihan selama tujuh menit untuk membaca tulisannya yang berjudul Omong Kosong Hilangnya Kepakaran.
Beberapa peserta disuruh menyampaikan tanggapannya setelah selesai membaca tulisan Iqbal Aji Daryono tersebut.
Kembali ke kalimat motivasi dari Iqbal di atas, pentingnya tumakninah dalam menulis. Dia menjelaskan, tumakninah di sini mempunyai arti bagaimana cara kita bisa istiqamah, konsisten, dan terus menerus dalam menulis.
Alumnus Sastra Jepang Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu menekankan menulis begitu penting bagi guru.
”Guru bisa menuliskan pengalamannya di kelas bersama para siswa, tentang berbagai macam kegiatan yang diikuti, tentang berbagai macam praktik baiknya, ataupun tentang inspirasi yang berhubungan model, strategi, pendekatan pembelajaran,” katanya.
Menulis, sambung dia, juga bisa menjadi jejak digital seorang guru. Melatih berpikir kritis, logis, sistematis, kreatif, dan aktual.
Berbagi ide, gagasan di zaman yang sudah edan. Laki-laki beranak dua ini memberikan contoh kondisi dunia maya maupun media sosial yang begitu banyak dipenuhi dengan konten-konten yang kurang mendidik, dan lebih banyak mudharatnya.
Media aktualisasi diri, personal branding, dan yang lebih pentingnya bagi guru menulis menjadi salah satu media promosi gratis sekolahnya.
Untuk itu, begitu penting peran dari para guru Muhammadiyah untuk mengisi konten dunia maya maupun media sosial dengan hal-hal baik.
Analogi Kasus
Iqbal Aji Daryono memberikan analogi sederhana dengan sebuah pertanyaan: akan jauh lebih terkenal mana dua orang yang sama-sama ahli hukum yang kompetensi di bidangnya, yang satu aktif menulis tetapi yang satu lainnya tanpa menulis?
Ia juga menambahkan motivasi berupa cerita pengalaman pribadinya yang bisa berkeliling ke 27 provinsi di Indonesia karena menulis sebuah buku berjudul Berjuang di Sudut-Sudut Tak Terliput.
”Buku yang bermula dari blusukan ke 27 provinsi di Indonesia, potret aktivitas polisi yang tidak viral tetapi berada di luar bayangan mainstream orang awam, lalu mengemasnya menjadi travel stories yang menawan,” katanya.
Buku itu 374 halaman full colour di dalamnya menggambarkan kisah dan pengalaman anggota Polri di beberapa sudut wilayah Indonesia dengan berbagai dinamika dan tantangan tugasnya.
Penulis Muhammad Ilham Yahya Editor Sugeng Purwanto