PWMU.CO – Menyambut bulan suci Ramadhan 1438 Hijriyah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bubutan, Surabaya mengadakan Baitul Arqam bagi seluruh pimpinan, guru dan karyawan amal usaha Muhammadiyah (AUM) se-Cabang Muhammadiyah Bubutan, di SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya, Kamis (25/5).
Baitul Arqam yang diikuti oleh 165 peserta ini menghadirkan beberapa narasumber. Salah satunya Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nadjib Hamid MSi yang menyampaikan materi tentang Implementasi Islam Berkemajuan bagi Warga Muhammadiyah.
(Baca: Begini Jurus agar Karyawan AUM Aktif di Muhammadiyah Tempat Tinggalnya dan Ini Asal Muasal Baitul Arqam dalam Pengkaderan Muhammadiyah)
Pada sesi materi kedua tersebut, Nadjib mengungkapkan bahwa menjadi warga Muhammadiyah adalah menjadi muslim yang solutif sekaligus pemberi alternatif atas fenomena yang terjadi di masyarakat. QS al-Baqarah ayat 208, Allah SWT memerintahkan untuk menjadi muslim yang kaffah.
Nadjib lantas menjelaskan memaknai ayat tersebut. Yakni, ada dua kelompok yang berbeda pendapat. Pertama, kelompok yang menginginkan agar dalam menjalani kehidupan ini harus sesuai dengan salafus shalih atau biasa yang disebut dengan salafi. ”Kelompok ini mengharuskan dalam menghadapi segala permasalahan, baik ta’abbudi dan ta’aqquli harus sesuai pemahaman salaf,” paparnya.
Sedangkan kelompok yang kedua, mereka beranggapan bahwa al-Quran dan As-Sunnah dalam menghadapi segala permasalahan umat, baik ta’abbudi maupun ta’aqquli harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa al-Quran perlu diamandemen jika tidak sesuai dengan perkembangan zaman. ”Kelompok ini biasa disebut dengan khalafi,” katanya.
(Baca juga: Kisah Ketua Umum PP Muhammadiyah KH AR Fachruddin yang Pimpin Yasinan)
Dalam menghadapi permasalahan yang terjadi di masyarakat, Nadjib menegaskan bahwa Muhammadiyah memposisikan diri sebagai pihak moderat, yakni berada di tengah dan tidak asal menyalahkan, akan tetapi memberi solusi dengan menawarkan alternatif yang bisa diterima masyarakat.
”Warga Muhammadiyah bisa meneladani tokoh moderat yang inspiratif seperti Kyai A.R. Fachruddin. Dakwahnya tidak salah-menyalahkan, tidak asal membid’ahkan. Beliau tidak asal menyalahkan tradisi yasinan, tetapi menawarkan alternatif berupa ‘yasinan model baru’ yang tak ubahnya kajian tafsir. Begitulah sikap kita seharusnya sebagai warga Muhammadiyah,” tandasnya. (hamzah/aan)