Dakwah Sesuai Tren
Keempat, berjuang menegakkan agama Islam adalah kewajiban seluruh umat Muslim. Ustadz Syam mengatakan, tantangan dakwah pada zaman Babi tidak sama dengan tantangan pada zaman setelahnya. “Tantangan zaman kontemporer lebih conplicated(rumit),” ujarnya.
Kalau nalar manusia, kata Ustadz Syam, saat ini membutuhkan Nabi baru. “Nalar kita bicara begitu. Tapi Allah sudah memutuskan, Muhammad ialah khatimun nabiyyin yakni nabi terakhir. Muhammad utusan Allah dan pamungkasnya para nabi,” tegasnya.
Maka konsekuensinya, menurut dia, harus lahir mubaligh-mubaligh yang menjadi kepanjangan tangan nabi. “Kader Islam harus jadi “nabi”, “rasul”, penyambung dakwah nabi!” tuturnya, lantas mengutip at-Tahrim ayat 6.
“Ku anfusakum wa ahlikum nara. Jagalah dari neraka diri dan keluarga kalian. Jadi rasul untuk diri sendiri lalu menuju scope yang lebih luas lagi,” sambungnya.
Dalam berdakwah, Syamsudin mengimbau harus mengikuti jejak Rasulullah SAW pada khususnya dan para nabi pada umumnya. “Karena Muhammadiyah termasuk mata rantai dakwah yang tak terpisahkan dengan nabi-nabi sebelumnya. Kita tidak boleh menyimpang dari manhaj (tataran konsep) dari yang diajarkan Nabi Muhammad SAW,” lanjutnya.
Dia juga menekankan, dakwah yang dibutuhkan harus sesuai tren. “Adik-adik NA ini kan generasi milenial. Penuhilah media sosial kalian dengan dakwah-dakwah, tapi bekalnya harus juga memadai. Maka dari itu kita ingin menjawab dengan program Sekolah Mubalighat Nasyiah,” ungkapnya.
Ustadz Syam menegaskan sebabnya, “Kebenaran yang tidak diatur organisasi, yang tidak terorganisasi, bisa kalah dengan kebatilan yang terorganisasi.”
Dalam kajian yang diikuti 50 kader Nasyiah itu, Ustadz Syam mengimbau, seluruh perjuangan diarahkan pada tercapainya tujuan Muhammadiyah yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Di akhir kajiannya, dia mengapresiasi terselenggaranya kajian rutin ini. “Saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada adik-adik Nasyiah.”
Moderator Anisa Herawati menambahkan, pihaknya akan segera mengumumkan perihal beasiswa tersebut. “Kita sering lihat di luar sana teman-teman sudah pada populer. Sekarang saatnya kita dari NA jangan mau tertinggal!” ujarnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni