PWMU.CO – Pesan Trisula Perjuangan Muhammadiyah mengemuka dalam pengukuhan PCM Sumbersari Kabupaten Jember periode 2022-2027. Acara berlangsung di lobi Rumah Sakit Umum (RSU) Universitas Muhammadiyah Jember.
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sumbersari yang baru Prof Dr Hairus Salikin MEd mengukuhkannya, Ahad (30/7/2023). Mayoritas anak muda dan perempuan mewarnai struktural Majelis Lembaga itu.
Sebelumnya, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Jember Kusno SAg MPdI mengukuhkan Ketua dan Anggota PCM Sumbersari. Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Dr Biyanto MAg ikut hadir menyaksikan momen itu.
Anggota PCM yang terpilih dalam Musycab Ke-5 (28/5/2023) terdiri dari Dr Dhian Wahana Putra MPdI, Dr Rusydi Baya’qub MPdI, Suwito SPsi, Dr Drs Arief Rijadi MSi MPd, Heri Kuswantoro SKep Ners, Drs Akhmad Suharto MPd, Dr Toni Herlambang MM, Dr Ahmad Jazuli MPd, dan sang Ketua Prof Hairus.
Tekad Berbenah
Mengusung tema ‘Membumikan Islam Berkemajuan, Menggembirakan Gerak Dakwah Persyarikatan’, Prof Hairus menyatakan, PCM Sumbersari bertekad akan berbenah. Selain itu, pihaknya akan memperluas legitimasi masyarakat kepada Muhammadiyah.
Dia menegaskan, harus mengedepankan sikap kolektif kolegial dalam menjalankan roda organisasi. “The right man on the right place (menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan atau keahliannya)! Jika orang ditempatkan bukan sesuai bidangnya, maka akan hancur,” ungkapnya.
Prof Hairus menyadari, gerak dan langkah PCM Sumbersari selama lima tahun ke depan akan ada pada komandonya. Kesadaran inilah yang menjadi dasarnya mengajak seluruh ranting di Kecamatan Sumbersari untuk memperjuangkan dakwah persyarikatan. Anak muda, baik laki-laki maupun perempuan, dirangkul untuk bersama-sama menyiarkan dakwah Muhammadiyah.
Lebih lanjut, pihaknya mengakui jumlah warga Muhammadiyah di Sumbersari tergolong minoritas. “Sehingga menjadi kader tidak boleh asal-asalan! Harus ‘mentes’ agar masyarakat tetap percaya dengan keberadaan Muhammadiyah,” ujarnya.
“Di manapun, ada dan tidak adanya (kader Muhammadiyah) harus bermakna, bukan sama saja,” imbuh guru besar Universitas Jember itu.
Baca sambungan di halaman 2: Pemimpin Bukan Pemimpi