Bacaan yang Diperdengarkan
Ketiga, bacaan yang secara yusmiuna (diperdengarkan). Yakni gerakan lisan yang suaranya hanya dapat didengar orang-orang yang dekat dengan Rasulullah saw.
Hadits Abu Qatadah ra:
وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: (كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ, يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ) (وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ أَحْيَانًا) (وَيَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ) (وَهَكَذَا فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ) (وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ, وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ)
Abu Qatadah ra. berkata: (Rasulullah saw. sewaktu shalat Dzuhur pada dua rakaat pertama membaca surat al-Fatihah dan dua surat lain. Nabi memperpanjang pada rakaat pertama dan memperpendek pada rakaat kedua) (kadang Nabi saw. memperdengarkan bacaannya) (pada dua rakaat yang terakhir Nabi hanya membaca surat al-Fatihah) (Sedemikian pula ketika Nabi shalat Ashar) (Dan Nabi saw. memperpanjang bacaan pada rakaat pertama sewaktu shalat Subuh dan memperpendek pada rakaat yang kedua). (HR Bukhari: 725, 728, 743; Muslim: 451; Abu Dawud: 798; Nasai: 975, 977, 978; Ibnu Majah: 819, 829; Ahmad: 22616, 22670)
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa “membaca” itu adalah gerakan lisan, bukan ungkapan hati. Apakah gerakan bibir itu diwujudkan dengan suara keras atau suara pelan atau hanya diperdengarkan.
Dari praktik Rasulullah saw akhirnya para sahabat dapat meriwayatkan bacaan apa saja yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw, walaupun dalam shalat sirri, seperti shalat Dzuhur dan Ashar, apalagi dalam shalat jahar-nya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni