Strategi Taktik
Muhadjir menjelaskan, semua potensi termasuk tujuan yang ingin dicapai, usaha-usaha yang hendak dilakukan, kekuatan yang sudah dihitung, hambatan dan tantangan yang akan dihadapi itu disebut strategi.
”Jadi strategi merupakan pemetaan secara komprehensif untuk mencapai tujuan dari organisasi,” tambah Muhadjir Effendy.
Strategi sifatnya statis, kalau diupayakan, digerakkan, dinamis untuk mencapai sukses baru disebut taktik. Contohnya seperti main bola. Mulai dari pelatih, karakter semua pemain yang dipasang, mulai kiper sampai striker dengan kemampuan unik dan beragam, penghitungan kekuatan lawan hingga berhadapan di lapangan itu adalah strategi.
”Kenapa seorang pelatih memasang stiker itu, itu adalah strategi. Termasuk penghitungan striker lawan, itulah strategi,” ujar dia menjelaskan.
Pelatih Manchester United (MU), Alex Ferguson, termasuk pelatih yang dikagumi Profesor Muhadjir Effendy. Alex Ferguson, menurut dia, sangat paham strategi, bahkan sudah menghitung sampai lima menit terakhir.
Bahkan Alex Ferguson membiarkan musuhnya memasukkan terlebih dahulu sebagai bagian strategi. ”Ia membiarkan musuhnya ofensif menyerang agar keletihan, kemudian Alex mengandalkan serangan balik di menit-menit terakhir untuk bisa mencetak gol,” tandasnya.
Setiap pemain punya makna, apalagi bola. Bola itu bulat, tidak bersudut. Di dalam matematika sudutnya disebut tak hingga. ”Jadi peluang kemungkinannya tak hingga. Seperti itulah politik,” kupas Profesor Muhadjir Effendy disambut gelak tawa.
Dalam politik seperti sepak bola, sambung dia, tim yang menyerang terus belum tentu menjadi pemenang. ”Bahkan yang diam saja, justru jadi pemenangnya,” ulas dia.
Dia mengatakan, Muhammadiyah juga sudah berstrategi, sudah bertaktik. Karena Muhammadiyah organisasi yang konservatif, strategi dan taktiknya juga konservatif. ”Kalau dalam sepakbola masih menerapkan strategi 3421, belum total football,” selorohnya.
”Kalau strategi bola modern kan sudah menerapkan striker bayangan. Bahkan Ronaldo kadang jadi korban pelatih karena ada striker bayangan,” tambah Muhadjir.
”Itu semua harus dilakukan, bukan hanya ceramah. Kalau ceramah namanya pengajian politik, bukan Ideopolitor,” pungkas Profesor Muhadjir Effendy.
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto