PWMU.CO – Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) melakukan audiensi dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Selasa (08/08/2023) di Istana Kepresidenan Negara, Jakarta. Tujuannya: audiensi dan menyampaikan undangan pembukaan agenda Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang akan digelar di Medan, Sumatera Utara, 18–20 Agustus 2023.
“Alhamdulillah Presiden Joko Widodo dipastikan akan hadir dalam agenda pembukaan agenda Muktamar XXIII IPM yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023 pukul 10.00 WIB. Jutaan kader IPM sudah menanti kehadiran beliau. Beliau akan memberikan petuah-petuah, nasihat, dan arahan dan berbicara tentang peran IPM dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” kata Ketua Umum PP IPM Nashir Effendi, dalam rilis Lembaga Media dan Komunikasi PP IPM yang diterima PWMU.CO Selasa malam.
Terkait Pemilu yang akan dilangsungkan pada 14 Februari 2024, Nashir Effendi menyampaikan pada Presiden agara pemilu dapat berjalan secara kondusif dan aman. “Kami berharap kader-kader kami terhindarkan hoaks serta hal-hal yang dapat memecah persatuan NKRI,” ujarnya.
Kriteria Pimpinan Pilihan IPM
Nashir juga menyampaikan ciri-ciri pemimpin yang sesuai untuk generasi muda: PP IPM mendorong pemimpin yang terbaik.
“Pemimpin yang terbaik bagi kami—karena kami berusia 12-24 tahun—maka kami berpihak kepada setiap pemimpin yang berpihak kepada kepentingan-kepentingan seusia kami berkaitan dengan kepastian masa depan pendidikan akses semuanya itu menjadi indikator yang diinginkan anak muda khususnya di IPM.
Sebagai sebuah organisasi pelajar, lanjut Nashir, IPM memiliki kebijakan yang berpihak kepada moral.
“Hal ini karena kami sebagai organisasi yang bukan partai politik sehingga sebatas maksimal yang bisa kami perjuangkan adalah keberpihakan secara moral. Namun, terkait gerakan-gerakan secara praktis kami sudah sesuai dengan ADRT dan sebagai bagian dari Muhammadiyah, kami tidak akan bermain politik praktis tapi akan mendorong gagasan visi misi yang berpihak kepada anak muda yang progresif, ideal, dan cemerlang,” jelas Nashir.
Ketika ditanya terkait pemimpin yang ideal bagi generasi muda, khususnya pelajar, Nashir menyebutkan bahwa generasi muda, terkhusus pelajar membutuhkan pemimpin yang benar-benar berpihak.
“Kami ingin pemimpin yang bukan hanya gimmick tetapi benar-benar dari aksi nyata entah itu program-program dan visi-visinya sehingga ada kesesuaian antara apa yang disampaikan dengan yang akan dilakukan. Selain itu, kami tidak ingin anak-anak muda dan pelajar sebagai objek kampanye saja tetapi perlu dilibatkan dan diprioritaskan dalam program-program yang diusung,” kata Nashir. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni