PWMU.CO – Sebagai warga Muhammadiyah kita itu harus tegas. Jangan suka rasan–rasan apabila ada hal yang tidak benar terlebih lagi soal akidah. Pernyataan tegas itu disampaikan KH Ahmad Taufik Kusuma kepada pwmu.co, yang bersilaturahmi ke rumahnya Jalan Jombang 1/64 Kota Malang.
Taufik menyontohkan bagaimana umat non Islam mengartikan toleransi itu dengan tidak mengindahkan aturan agama Islam seperti mengundang Natalan. Juga ketika di bulan Ramadhan ini, mereka berlomba memberi takjil dan sembako tiap tahun.
“Nah, hal seperti itu membuat saya bertindak dengan cara–cara membangun komunikasi yang baik“ ujarnya kepada Media Muhammadiyah Jawa Timur ini.
(Baca: KOKAM Tidak Jaga Gereja: Selain Tidak Ada Ancaman Keamanan, juga Hindari Sikap Toleransi Seakan-akan)
Taufik menceritakan, dia pernah mendatangi Dr Stefanus dari Gereja Pante Kosta, Romo Antonius dari Katedral Ijen, dan pimpinan Klenteng Eng an Kiong Tommy Yuwono. Kepada mereka, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Malang itu mengajak untuk menerapkan toleransi dengan tidak mencampuradukkan ajaran agama.
“Mohon Pak, hormati kami sebagai umat Islam. Jangan undang buka bersama. Jangan pula membagikan takjil gratis pada umat Islam yang sedang berpuasa. Itu sama saja dengan intoleran,“ ujar Taufik sambil mengutip ayat Alquran “Lakum dinukum waliyadien (bagimu agamamu dan bagiku agamaku).
(Baca juga: Kisah Pak AR Ajari Mahasiswa Cara Hadapi Kristenisasi dengan Jurus Cerdas)
“Jadi, jangan dicampuradukkan,“ tegas Taufik pada ketiga tokoh agama tersebut seperti diceritkan kembali pada Kajian Dhuha di Gedung Aisyiyah Kauman, Kota Malang (30/5).
Mantan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang itu menjelaskan, bertahun-tahun umat Islam, khususnya di Malang ini, risau dengan semua itu. Alhamdulillah, kata Taufik, sejak dijelaskan dengan kumunikasi yang baik mereka memahami.
Mereka mengatakan, “Oh….. begitu ya Ustadz Taufik. Berarti kalau mereka menghadiri undangan kami, berdosa ya. Kalau saya membuat mereka berdosa berarti saya juga berdosa. Untuk itu mohon maaf,“ cerita Badan Pembina Harian UMM ini menirukan ucapan Pendeta Stefanus.
(Baca juga: Kisah Calon Pendeta Maria Sugiyarti yang Akhirnya Dapat Hidayah Masuk Islam)
Menurut Taufik, dengan jalinan komunikasi yang baik itulah sejak tahun 2016 di Malang sudah tidak ada lagi ucapan Natal. “Begitu juga tidak lagi mengundang umat Islam saat Natalan. Dan yang terpenting puasa bulan ini mereka sudah berjanji tidak mengundang umat Islam untuk buka bersama,” kata dia. (Uzlifah)